Rumi membuka matanya perlahan. Kali ini, dia tidak disambut oleh cahaya sang fajar yang menghangatkan. Sayup-sayup pandangan matanya tertuju pada jendela kamar dengan tirai yang terbuka separuhnya. Pandangan matanya kabur, sebelum akhirnya diperjelas setelah gadis itu beberapa kali mengerjapkan matanya.
Butiran salju turun, sedikit demi sedikit, tetapi begitu pasti sekarang. Itu menarik fokus Rumi untuk datang dan mengarahkan pandangan matanya ke arah jendela.
"Wah! Musim salju ...." Gadis itu tersenyum sumringah. Umur-umur baru ini dia menyaksikan salju secara langsung. Suasananya berubah hanya dalam satu malam.
"Aku ingin melihatnya dari dekat," bisiknya pada diri sendiri. Namun, sejauh apapun dia mengatakan hal itu, nyatanya Rumi masih kokoh diam di tempatnya. Berselimutkan sebuah kain tebal yang menutupi separuh tubuhnya. Belum mau benar-benar bangkit. Suhu ruangan tak sedingin yang dia kira sebelumnya.