Rumi menyusuri lorong demi lorong bangunan, langkah kakinya dilatih untuk bekerja dengan baik malam ini. Dia hanya menggunakan tongkat penyangga, tidak pakai kursi roda sebab benda itu dia tinggalkan di dalam kamar tidurnya. Memakan waktu yang cukup lama, Rumi akhirnya sampai ke sebuah tempat yang begitu asing untuknya. Tak menyangka kalau ada ruang bawah tanah yang begitu besar untuk disinggahi. Ini mirip seperti gudang, tetapi tidak ada barang-barang kuno atau lama yang sudah rusak. Hanya ruangan kosong, di sudut sana ada bilik dengan pintu kayu yang tertutup rapat. Rumi berinisiatif untuk datang, memeriksa. Berharap itu bukan ruang yang aneh. Meskipun kelihatannya begitu.
Ia berjalan mendekat, anehnya bau anyir mulai tercium di dalam lubang hidung Rumi. Seakan baru saja menjadi tempat penjagalan atau semacamnya. Namun, gadis itu tidak menghiraukan. Dia tetap datang untuk tahu apa yang ada di dalam sana.