"Kenapa tidak berisitirahat?" Liodra datang membawakan minuman hangat untuk Rumi. Rempah-rempah dengan aroma yang khas, setidaknya bisa menghangatkan tubuh gadis itu. Senja ini, udara semakin dingin saja. Hawa dinginnya nyata mencengkeram tulang belulang. Seakan ingin membekukan siapa pun yang ada di luar ruangan.
Rumi tersenyum manis. "Fin pergi siang tadi." Gadis itu mengubah arah pembicaraan. Menatap Liodra yang meletakkan nampan di atas meja sudut ruangan.
"Siapa yang peduli dengan putraku? Dia sudah besar. Jadi tidak perlu mengkhawatirkannya," sahut Liodra. Menatap setiap langkah kaki Rumi yang terlihat begitu berat, penuh dengan keseriusan. Usahanya tidak sia-sia. Meskipun tidak lancar, tetapi setidaknya dalam beberapa menit berjalan, dia bisa menggerakkan kakinya sedikit demi sedikit.