Sarang Temporer Black Wolf - Jakarta, Indonesia.
19:00 Waktu Indonesia Barat.
Sepasang mata elang memandang layar besar yang ada di depannya. Lampu remang sengaja dinyalakan dengan mematikan lampu besar yang menggantung kokoh di atas kepalanya. Sambutan hangat yang formal dirasa selepas pria itu menginjakkan kakinya masuk ke dalam sebuah bangunan mirip rumah, tetapi ini bukan kediaman pribadinya. Sebuah bangunan yang didirikan jauh dari pusat kota adalah tempat Mr. Tonny Ayres bekerja. Ia mengawasi banyak hal memalui layar monitor besar yang ada di depannya saat ini. Termasuk informasi pasal Rumi Nathalia.
Asap rokok mengepul di udara, embusan napas ia keluarkan selepas ia memposisikan dirinya dengan nyaman. Bahunya masih basah, di luar sana hujan masih deras menguyur kota. Ingatannya tentang wajah Rumi masih melekat di dalam kepalanya. Mencocokkan itu dengan rekam digital yang ditampilkan oleh layar di depannya. Saran yang diberikan oleh istri tertua Mr. Tonny tak mempan. Rumi tak luluh dengan ajakan yang terkesan 'to the point'.
"Laporkan. Apapun itu," ucapnya dengan nada berat. Jari jemarinya memutar puntung rokok yang menyala di ujung gulungan tembakaunya. Tatapan tajam, bak elang membidik. Begitulah cara Mr. Tonny memandang. Tak ada celah, semuanya tentang Rumi Nathalia 'disantap' habis oleh pria ini.
"Namanya Rumi Nathalia. Seperti dugaan dan pengawasan, dia anak anjing dari induk yang mati beberapa tahun lalu." Pria berkepala plontos menekan tombol yang ada di sisinya. Layar slide berganti, kini wajah dan biodata singkat tentang Rumi menghilang. Sudah cukup jelas, Rumi lahir hampir 19 tahun yang lalu. Ia diakui sebagai orang asuhan, sebab ibu dan ayah kandungnya pun begitu. Siswi tahun terakhir di sebuah sekolah menengah atas negeri yang bergengsi. Ia cukup pandai dengan prestasinya. Membanggakan! Namun, naas, pandai bukan syarat untuk menjadi istri dari Mr. Tonny. Ia hanya mencari istri yang mau menerima semua latar belakangnya, bukan hal baik saja, tetapi juga hal buruk yang akan jauh lebih banyak dari hal baik yang ada. Mr. Tonny bukan pria baik, begitulah kilas balik yang ia miliki. Dirinya adalah pemimpin Black Wolf, yang diturunkan langsung dari pusat komando pimpinan Hawtorn, ayahnya. Jika pria tua itu pensiun, maka Tonny Ayres akan menjadi pimpinan resmi dari Hawtorn. Mengawal peradangan senjata tajam, narkoba, dan obat-obatan terlarang juga barang ilegal dunia adalah pekerjaannya. Pasar gelap adalah tempanya bermain. Mr. Tonny Ayres cukup terkenal di sana. Semuanya pasti menyebut dirinya sebagai Bos serigala hitam yang tak kenal ampun. Kasus terakhir yang ia bimbing dan kawal, adalah perbudakan seks ilegal dan perdagangan manusia di dunia bagian timur. Jika dihitung, maka dosanya bisa melebihi gunung tertinggi di Indonesia.
Kembali pada Rumi, poin penting tentunya dengan bonus cantik yang nyaman di pandang mata.
Rumi adalah putri dari sepasang suami istri yang meninggal dalam sebuah perang tanpa tameng, sebelum bisa mengangkat senjatanya. Peluru menembus kepala sang ayah dan melubanginya. Memberi celah bulat kecil nan dalam untuk darah keluar dari dalam sana. Ibu Rumi? Sedikit beruntung. Ia masih punya kesempatan untuk melihat dan merawat Rumi setelah satu tahun kelahirannya. Wanita itu tewas selepas berniat untuk membelot dari organisasi milik Mr. Tonny.
Selepas kisah buruk itu, Rumi dikirim kembali ke negara asalnya. Hanya ada nenek tua yang menangis tersedu-sedu saat melihat jejak kedua anaknya ada di depan mata. Rumi adalah peninggalan terakhir selepas ia mendengar kabar anak dan menantunya mati di tanah asing. Betapa bahagianya, ia berjanji sembari berlutut di depan ayah Mr. Tonny bahwa ia akan menjaga dan membesarkan Rumi dengan semaksimal mungkin. Ia berjanji akan mempertaruhkan hidupnya hanya untuk Rumi, asalkan dirinya bisa menjaga cucunya itu sendiri.
"Rumi punya seorang kekasih, Mr. Tonny. Mungkin itu sebabnya ia tak ingin menikah dengan Anda," tuturnya melanjutkan. Kali ini membuat helaan napas milik pria bertubuh kekar yang ada di depannya semakin kuat terdengar. Pria dewasa itu hanya diam, fokusnya tak pernah absen. Menunggu hal menarik lagi tentang calon penggantinya.
Slide berganti. Kini menampilkan sepasang remaja yang sedang menikmati masa mudanya. Foto yang romantis. Ada rasa yang bisa dirasakan lewat jejak rekam gambar itu. Rumi begitu hangat dan penuh kasih sayang dalam memperlakukan kekasihnya. Tak heran, gadis itu terlihat begitu baik saat pertama kali Mr. Tonny melihat dan memandangnya untuk yang pertama kalinya. Normalnya seorang gadis remaja, Indonesia punya banyak orang yang ramah. Bukan hanya pasal bertutur kata, tetapi juga cara pandang dan wajahnya. Ciri khas orang asia, itulah yang membuatnya tertarik dengan Rumi.
"Selidiki remaja itu. Cari tahu namanya dan laporkan padaku besok. Juga, terus awasi Rumi agar tak terjadi hal buruk yang menimpa gadis itu. Aku tak ingin calon istriku kenapa-napa." Mr. Tonny memberi perintah. Ia menoleh pada pria dengan bekas luka sayatan di sisi mata kirinya itu.
Dipandangnya si anak buah dengan datar. "Kau yakin tak ingin menutup luka itu?" tanyanya berbasa-basi. Membuat pria yang ada di sisinya membuka matanya dengan cepat. "Aku akan mengganti biayanya jika kau mau." Mr. Tonny menunjuk wajahnya. Luka besar yang mengerikan, untuk orang awam yang memandang. Jika salah gores sedikit saja, matanya pasti lepas kala itu. Untung saja, semuanya masih diberkati Sang Maha Kuasa. Mr. Tonny masih punya kesempatan menjaga tangan kanannya dengan begitu baik. Tanpa kehilangan satu organ penting pun. "Aku berhutang budi pada kakakmu, dia kehilangan kepala karena menyelamatkan diriku." Mr. Tonny memutar kursinya. Menjeda kalimat dengan kembali menyesap rokok di celah jari jemarinya.
"Tidak, Mr. Tonny. Luka ini adalah rekam paling berkesan dalam hidup saya. Saya tak akan pernah melupakan itu sampai Anda benar-benar menikah dan hidup bahagia dengan wanita pilihan Anda."
Tonny tertawa dengan lepas. Ia mengangguk-angguk tanda mengerti. "Aku tak pernah bisa bahagia dengan wanita yang menjadi istriku," jawabnya meremehkan. Meletakkan rokoknya di atas asbak. "Aku hanya butuh penerus dan pewaris, Black Wolf ataupun Hawtorn tak boleh mati bersamaku sesuai dengan kutukan nenek tua sialan itu. Aku tak mempercayai apapun yang berhubungan tentang magis. Kita bekerja dengan cara yang modern, kau ingin itu?" Ia menghela napasnya. "Rumi akan menjadi perempuan yang kesembilan. Aku berharap konsep pernikahannya berbeda kali ini."
"Anda tak ingin mencari pengantin lagi?" tanyanya dengan ringan. Rumi bukan yang terakhir, itulah yang diharapkan olehnya.
"Entahlah. Usiaku cukup tua untuk menikah dan merayakannya di depan umum," pungkasnya menutup kalimat. Jika tahun ini berakhir, maka Rumi akan menjadi pengantin ke sembilan dan usianya menginjak hampir menginjak kepala empat.
... To be Continued ...