Chereads / Ayatha / Chapter 2 - Langit

Chapter 2 - Langit

kawan. apa kamu pernah jatuh cinta? apakah kamu pernah merasakan luka? atau mungkin kamu pernah merasakan jatuh cinta dan terluka pada saat yang bersamaan?

aiihhhh... kenapa pula aku harus menanyakan pertanyaan retoris seperti ini? sebab aku tahu kamu pasti pernah merasakan keduanya!

jika kamu belum pernah merasakannya? maka kemarilah. dekatkan telinga, hati, dan pikiranmu. biar aku ceritakan satu kisah agar kamu bisa membayangkan bagaimana rasanya jatuh cinta dan terluka pada saat yang bersamaan. tapi, jika kamu pernah merasakannya atau memiliki pengalaman yang sama dengan kisah yang aku ceritakan? sssstttt..... maka kamu cukup diam saja. lalu tersenyum kecil dan anggap saja kalau kisah yang aku ceritakan merupakan rebroadcast atau potongan-potongan kecil dari kisahmu sendiri.

tenanglah. ini bukanlah kisah cinta Qois dan Layla yang sama-sama majnun, bukan kisah cinta monyet Dilan dan Milea, bukan pula kisah cinta Romeo dan Juliet yang mati karena cintanya. ini adalah sebuah kisah tentang langit yang jatuh cinta pada sebuah bintang.

jika kamu suka? maka lanjutkanlah membacanya. jika tidak? maka lanjutkan saja dulu membacanya, siapa tau nanti kamu jadi suka.

sekarang cobalah untuk fokus membaca. biarkan isi pikiranmu menjelma layar proyektor maha luas yang akan memenuhi seluruh ruang kepalamu. bayangkan, imajinasikan, dan rasakan kisah yang akan aku ceritakan ini sesuka hatimu.

kamu boleh tertawa kalau menemukan hal-hal yang menurutmu lucu. kamu juga boleh tersenyum kecil atau hanya sekedar nyengir kudanil kalau menemukan hal-hal yang membuatmu tersipu malu. kamu boleh kesal, boleh merasa marah, boleh gemas, boleh sedih atau bahagia, dan bahkan kamu boleh merasakan semuanya pada saat yang bersamaan. karena dalam kisah ini, aku hanya pencerita. sedangkan pemerannya adalah kalian.

baiklah. kita mulai saja ceritanya.

kamera standbay, roling... and ACTION.

****

pagi yang redup. udara dingin masih memeluk. diluar sana embun berjatuhan sesuka hatinya. basah. basah pagi ini dibuatnya.

arrgghhhhh... pagi yang menyebalkan. sebab aku harus bergegas pergi menerobos udara dingin ini hanya untuk mematuhi perintah senior yang tidak memiliki rasa keperijunioran.

mereka menyebutnya OSPEK. orientasi pengenalan kampus. tapi bagiku, itu semua hanyalah kegiatan sia-sia yang ditunggangi 40% keinginan untuk balas dendam, 30% dengan niatan mencari popularitas, 25% kesempatan untuk tebar pesona, dan 5% niatan hanya untuk memperkenalkan kampus yang katanya kita cintai.

kawan. lihatlah penampilanku, tasku terbuat dari keranjang sampah berwarna merah jambu. memakai kemeja putih dengan bawahan celana kain warna hitam. kaos kaki bola beda warna biru dan merah, sepatu kets yang diikat dengan tali rapia berwarna biru dan merah lagi, tas selempang dari plastik kresek berwarna biru dan merah lagi, kacamata dari kawat ban bekas, dengan kepala ditutupi topi bodoh bebentuk kerucut dari kertas karton berwarna biru dan merah lagi.

benar-benar penampilan yang konyol dan sialnya, outfit aneh ini harus dipakai dari rumah sampai ke tempat keramat bernama kampus yang katanya kita cintai. sebuah peraturan dengan hukum fardu ain.

"gus sini gus sarapan dulu nak" suara yang ramah dan penuh akan kasihbsayang itu berasal dari ibuku. aku memanggilnya bunda.

mitosnya sih dulu bunda adalah perempuan yang paling cantik disekolahnya. namun, faktanya bunda adalah perempuan yang paling cantik seantero keluargaku. setelah oma tentunya.

"Aku buru-buru bunda. nanti sarapannya di kampus baru."

aku berlari kecil menuju meja makan dan dengan jurus andalanku aku meraih tangan kanan bunda yang hendak mengambil gelas.

"aku pamit dulu bunda. Assalmualaikuuum"

"eehh.. nih anak kebiasaan deh" bunda menepuk pundakku pelan. sebuah kebiasaan yang sulit untuk tidak dilakukan oleh bunda setiap kali aku keluar rumah.

"hehehhe.. bye bunda" aku berlari lagi menuju pintu keluar. kali ini aku tidak boleh lagi terlambat ke tempat keramat itu. apapun yang terjadi, aku tidak boleh terlambat.

"eehh gus. itu kaos kaki kenapa beda sebelah warnaya atuh. warna biru merah gitu biar apa coba? "

"biar enggak item semua bundaaa" jawabku spontan saja. setelah itu aku tutup pintu agar bisa segera lenyap dari pandangan bunda. kalau tidak begitu? bunda akan bertanya lagi tentang tali sepatu, topi bodohku, tas keresek dan bahkan keranjang sampah warna merah jambu yang kini melekat dipundakku.

tidak ingin buang-buang waktu aku engkol besi tua ku dengan hati dan pikiran yang dipenuhi kata terlambat. di kepalaku sudah terbayangkan wajah-wajah masam yang sudah menungguku. dalam bayanganku, berbagai macam hukuman yang tidak masuk akal bahkan tidak masuk kedalam tata tertib dan visi misi perguruan tinggi sudah menanti kedatanganku.

aaahhhh.. sial. motor tua ini masih saja terlelap meski aku sudah menendang-nendang tuasnya.

"kali ini saja.. ayolah.. bersahabatlah denganku" aku menggerutu atau katakan saja aku sedang merayu besi tua kesayanganku ini untuk tidak mengantuk lagi dan mau menurutiku.

dengan satu tarikan napas panjang aku engkol lagi besi tua ini dan brukk buk buk buk. .. ya Tuhan.. akhirnya mesin tua ini bangun juga dari tidurnya, tanpa aba-aba, dan tanpa meberikannya waktu untuk sadar dengan apa yang tengah terjadi, aku tancap gas dan melesatlah motor tua yang sudah menjadi kakek-kakek ini melewati padatnya jalanan Bali. iya bali, kisah ini berawal dari hari ke dua OSPEK disalah satu universitas ternama dipulau dewata ini.