Chereads / Ayatha / Chapter 3 - langit 2

Chapter 3 - langit 2

kuda besi tuaku melaju cepat dan meliuk liuk. lajunya tidak terlalu lamban dan tidak bisa terlalu cepat. beberapa pejalan kaki berhasil dilewatinya, beberapa pesepeda berhasil disainginya, dan beberapa peseda motor lain berhasil mendahuluinya tanpa harus bersusaah payah.

sudah hampir 5 tahun lamanya kuda besi tua berwarna hitam ini menemaniku, dan baru kali ini aku memaksanya melaju secepat ini. mesinnya mulai merengek, mengerang dan sesekali terbatuk-batuk.

"kali ini saja kawan, bersabarlah, setelah pulang nanti akana aku traktir bahan bakar kesukannmu" gumamku di dalam hati sembari terus tancap gas agar lekas sampai.

****

beberapa menit kemudian aku sudah sampai diwilayah kampusku. di depan gerbang utama berdiri dua orang berbaju biru dengan mengalungi sebuah kartu identitas kepanitiaan.

"aarrgghhhh.. sial. lagi lagi aku telat"

"TURUN DARI MOTOR BUTUTMU ITU LALU DORONG SAMPE PARKIRAN. " ucap laki-laki berwajah masam itu. berambut lebat tapi keriting. miri kali dengan sarang elang.

"MATIKAN MESIN MOTORNYA. TOLOLLL... " ucap laki-laki disebelahnya. matanya melotot badannya kurus kering dengan tanda lahir sebesar buah anggur di alis kirinya.

tidak lama kemudian aku sampai ditempat parkir. disana terlihat beberapa orang dengan topi bodoh dengan kaos kaki senin selasa tengah melompat lompat sembari memwgang telinganya. lalu mereka berjalan kearah lapangan dengan gaya mirip monyet.

tidak perlu aku jelaskan lagi siapa mereka. sebab dari topi bodoh dan kaos kaki senin selasanya itu adalah kaum se bangsa dan se tanah airku yang sedang menerima hukuman karena melanggar peraturan yang sama denganku. terlambat.

"semua berkumpul di lapangan. jangan ada yang lelet. CEPATTTTTT!!!!!!!!! " ucap seorang perempuan dengan jas kebanggaan berwarna merah menyala. tangan kanannya memegang pinggang dan tangan kirinya menggengg micropon. matanya sipit, dagunya berlipat ganda. suaaranya melengking keras. aku tafsirkan dulu ketika masih didaalam kandungan ibunga ngidam makan rujak corong toa. dan didalm kepalaku dia menjelma badut perempuan gendut berkepala corong toa dengan lidaah yang menjulur-julur. ahhh sial. aku benci pikiranku.

"baris sesuai dengan kelompoknya masing-masing. jangan saling dorong. kalian bukan anak TK lagiiiii" ucap laki-laki berambut keribo itu sesusai merebut mic dari perempuan badut tadi.

tunggu dulu. laki-laki berambut sarang elang itu bukannya yang berdiri didepan gerbang?

"SUDAH SAYA BILANG CEPATTTTT.... JANGAN KAYAK SIPUUT" laki-laki yang berbadan gempal itu berteriak. suaranya terdengar berat namun tegas. berbanding terbalik dengan tampangnyaa yang lucu. mirip sekali dengan babe cabita. aku yakin seniorku ini adalah mahasiswi paling langka dan antik dikampus. baiklah, tentu kita sepakat kalau orang macam ini layak untuk dilestarikan agar tidak punah dari peradaban.

disebelahnya, badut berkepala corong toa tadi terlihat murka. wajahnya yang masam berubah menjadi beringas melihat mereka yang sedikit lambang dalam mematuhi perintahnya.

"hehh... jangan diem aja lu. sana bantu rapikan barisan mereka. dasar tolol. " ucapnya dengan mata melotot ke arah empat orang rekannya yang sedang asik ngobrol.

" eehh.. ii.. iiia Nad. siap" ucap keempat rekannya hampir bersamaan.

dengan cekatan mereka baris demi baris. yang depang mereka suruh ke mundur, yang belakang mereka suruh semakin ke belakang. sungguh perajurit yang patuh dan cekatan. mirip sekali dengan ke empat perajurit ninja dalam film kura-kura ninja. patuh gesit dan siap mengikuti perintah dari badut berkepala corong toa itu.

dikepalaku, tepatnya di dalam imajinasi liarku, mereka semua menjelma mahluk-mahluk aneh dan lucu. mereka melompat-lompat. salto tiga kali, empat kali, lima kali. gerakan mereka semakin cepat, semakin cepat, dan semakin cepat lagi. aahhh sial. aku seperti terlempar ke dalam lorong panjang berwarna-warni. menerobos awan gemawan berbentuk aneh yang mulai memisaahkan aku dari dunia. aku seperti memasuki dimensi atau dunia lain. dimensi yang diciptakan oleh otakku secara magis.

baiklah, kalau sudah begini? aku butuh pensil dan buku gambarku.