"Ya Tuhan, ini tidak bisa di biarkan Elea!" wajah ayah menjadi merah tanda marah. Nafasnya berseru dengan cepat. Tangannya memegang kening sambil bergeleng geleng.
"Aku tahu ayah. Ini memang sudah keterlaluan," seruku dengan geram.
"Jadi kita laporkan saja Katrina nanti besok!" kata ayah dengan serius.
"Memang rencananya begitu ayah. Tapi mungkin ini tidak akan mudah .kita harus mengumpulkan bukti lagi. Selain Katrina siapa saja yang melakukan kejahatan di sekolah. Jadi jika nanti Katrina bersalah dan masuk penjara. Otomastis tidak akan ada yang membela dia. Aku ingin membersihkan sekolahku dari kejahatan dan kesewenang kenangan ayah," kata ku dengan tegas di hadapan ayah.