Berada di ruang klinik bersama dengan sang suami adalah salah satu hal yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya, ini agak aneh, malu dan senang, juga rasa deg-degan itu membuatnya tak bisa melakukan apa pun, ada banyak yang terjadi, dan ia tak bisa membiarkannya begitu saja.
Selain mereka juga ada orang lain di sana.
Tak lama terdengar seseorang memanggil namanya.
"Ayo, masuk," kata Arvin menggandeng tangannya.
***
Baginya cukup aneh mengingat betapa mapannya Arvin, belum ia juga tampan, dan perhatian, ia yakin jika pria itu mau akan ada banyak wanita yang mau mengantri untuk menjadi wanitanya. Kalau untuk Arvin sih itu hal yang mudah.
Bahkan Maura sendiri mengakui bahwa Arvin sangat tampan.
Ia pikir Maura akan marah padanya, tapi nyatanya ia mendukung Elza, ia bilang jangan pedulikan status yang penting dia bertanggung jawab, mapan dan kau suka dia.