"Elza takut?"
Kata itu meluncur santai dari bibir Arvin, ketika mendapati istrinya memejamkan matanya.
"Tidak, cuma gugup," sahut Elza.
Itu hal yang wajar bukan, ia sudah lama tak naik pesawat, terkahir enam tahun yang lalu, itu sudah cukup lama.
Dan andrenalinnya meningkat drastis ketika mau lepas landas.
Ia juga yakin orang lain pasti berpikir hal yang sama.
Melihat ekspresi Elza dan ucapannya tak sinkron Arvin pun memikirkan solusinya.
"Mau pegang tangan saya?" ucap Arvin membuka tangannya, menunggu tangan Elza. Ia akan mengengamnya.
Ini cukup romantis sebenarnya, Elza menqhan rasa ingin meloncat sambil menari di atas pesawat karena senang.
"Mau! mau!" saking semangatnya Elza bahkan mengatakannya dua kali sampai membuat Arvin gemas.
Jadi segera saja ia genggam.
Tangan Arvin terasa hangat, sangat berbeda dengannya yang berkeringat dingin, hal ini membuatnya sedikit malu.
"Maaf, tangan Elza basah karena gugup," katanya tak enak.
***