Kaira duduk di ranjang, ia memerhatikan sekeliling, ini bukan kamarnya. Dan tempat ini nampak asing.
Ia tengah mencari keberadaan papanya Arvin.
Tepat ketika turun dari kasur, pintu kamar terbuka, itu tak lain adalah Arvin.
"Papa," panggil Kaira gembira.
Arvin tersenyum sambil berjalan ke arahnya.
"Anak papa sudah bangun ya?"
Kaira tak menjawab, wajahnya tertekuk, ia memilih duduk di pinggiran ranjangnya.
"Kita di rumah nenek ya?" tanyanya.
"Iya sayang, kita menginap di sini ya."
Sebenarnya Kaira tak mau menginap, tapi ia tak pernah membantah ucapan papanya.
"Papa—" panggil Kaira pelan.
"Iya, sayang?"
"Apa papa mau ninggalin Kaira juga?"
Terkejut tentu saja ia ketika mendengarnya bicara seperti itu. Itulah bedanya anak-anak dengan orang dewasa sebab anak kecil bicara apa adanya.
"Papa tidak mungkin melakukan itu, Kaira kenapa berpikir begitu? papa sayang sama Kaira."
"Tapi papa mau berikan Kaira ke mereka," katanya terdengar merajuk.