"Sejujurnya aku tidak suka kalau menikah cuma karena Kaira, maksudku, pernikahan itu bukan hal main-main, mau bagaimana pun juga, aku cuma mau pernikahan sekali saja seumur hidup, kalau kita menikah karena Kaira mau aku jadi mamanya aku sama sekali tidak bisa menerimanya."
Arvin terdiam, tentu saja harusnya ia sudah tahu tentang hal ini, mau bagaimana pun yang ia ajak menikah adalah seorang wanita dewasa yang punya perasaan.
"Aku tahu kak Arvin tidak suka sama Elza, jadi bisa berhenti sekarang saja?"
Kali ini Arvin tengah memikirkan sesuatu. Ia menatap Elza lekat, sementara gadis itu mengarahkan pandangannya ke tempat lain.
"Maaf—"
Elza rasanya ingin meringis, hanya itu yang Arvin katakan, ia jadi makin yakin bahwa hanya dirinya saja yang menaruh perasaan.
"Sebelum itu boleh saya mengajukan pertanyaan?"
Elza sebenarnya ingin ini cepat berakhir, ia ingin segera pergi dari sana, sebab sulit rasanya menahan air matanya yang ingin luruh.
Tapi kemudian ia mengganguk.