Kaira menunggu kepulangan papanya, Arvin sudah pergi cukup lama dan belum kembali dari tadi.
Sementara itu ia sambil bermain dengan Nek Tinah.
Arvin memang sempat pamit dengannya, mengatakan bahwa ia akan pergi ke rumah orang tuanya, dan mungkin cukup lama, jadi ia menitipkan Kaira agak lama.
Nek Tinah sadar, ia tak punya wewenang untuk bertanya urusan Arvin ke sana, tapi sepertinya itu bukan hal sepele sebab ia sendiri tahu bagaimana hubungan antara Arvin dengan orang tuanya sendiri.
Ia hanya berharap hal ini akan berbuah kabar baik, ia juga tengah deg-degan menunggu kepulangan dari Arvin.
Sementara itu Arvin kini duduk di salah satu kedai, memesan kopi, padahal ia tak begitu menyukai kopi.
Ia merasa cukup lega karena beban di pundaknya rasanya mulai berkurang tapi entah kenapa ia tak sepenuhnya tenang.
Nasib Kaira yang ia pikirkan juga perasaannya.