Saat itu, Kania ingat, waktu pertama kali ia merasakan mual.
Seketika ia jadi agak kacau, ia pikir hanya masuk angin, sampai Kania melihat kalender. Ia telat.
Dan ia memberanikan diri untuk membeli test pack.
Kania merasakan degup jantungnya berdetak cepat. Ia menutup matanya berharap hanya ada satu garis di sana.
Tapi tiba-tiba ketika melihat hasilnya ia merasa cemas luar biasa, ia hamil.
Untuk kali pertama ia merasakan satu hal yang aneh dalam dirinya.
ia tak bisa berpikir jernih. satu hal yang ingin ia lakukan adalah bahwa dirinya harus buru-buru menemui Kaiv dan kebetulan mereka berdua sudah janjian untuk ketemuan.
"Aku punya kabar baik." kata Kaiv.
"Aku keterima kuliah di luar, dapat beasiswa."
Kania terdiam. Bukan ia tak senang, tapi kalau ia bilang sekarang bagaimana dengan masa depan Kaiv, toh pria itu sudah berusaha keras, sebab Kaiv sendiri bukan berasal dari keluarga yang dibilang berada.