Adiknya yang manis, pemuda yang biasanya hanya tersenyum padanya kini tengah menatap ke arahnya dengan wajah kecewa.
Sadar apa yang telah ia lakukan, Kania langsung pucat pasi.
"Kakak bisa jelaskan, kamu jangan salah paham Vin."
Arvin kemudian menatap ke arah panti asuhan besar di depannya kemudian menatap ke arah kakaknya, dengan bukti sebesar Ini, kakaknya memangnya mau menjelaskan soal apa.
Tidak mungkin kan kakaknya ke sini hanya untuk sekedar rekreasi atau pun mengunjungi anak-anak ini, hanya sekedar berkunjung saja! pasti ada niat lain dan yang itu sama sekali tidak baik.
"Kakak mau membuang Putri kakak sendiri? bagian mana yang harus kakak jelaskan?" suara Arvin langsung berubah tegas.
"Bukan seperti itu Arvin, kakak tidak berniat untuk membuangnya—"
Ia sejenak terdiam.
"Hanya menitipkannya sementara saja."
Arvin kemudian tertawa sebuah tawa miris yang ia lontarkan.