Meninggalkan Kaira jelas tak mungkin, apalgi membawanya, ia memiliki banyak teman yang rata-rata orang sibuk. Jadi sekarang harus bagaimana.
Lalu tiba-tiba entah kenapa ucapan Suliana tadi malam pun seketika menggema. Hanya itu satu-satunya jalan sekarang.
Padahal ia tak ingin merepotkan, tapi sekarang ia tak punya pilihan lagi. Jadi setelah mengambil tas Kaira. Ia mengajak putrinya untuk pergi.
"Kita mau ke mana Pa?" tanya Kaira yang hanya ikut saja.
"Ke rumah Nenek," jawabnya.
Untuk sesaat ia terdiam, sejak kapan pula ia memanggil mama Elza begitu.
Kai bergumam memanggil nenek, baru ia ingat itu berarti mereka ke rumah Elza.
"Mau Pa! Ayo cepetan!' ajaknya semangat, bahkan ia langsung melompat naik ketika pintu baru saja dibukakkan oleh Arvin.
"Sekali ini saja jangan malu," ucapnya dalam hati menguatkan tekad. ini lebih baik daripada anaknya ditinggal seorang diri.