Chereads / Sin Cos Tan / Chapter 13 - Kekacauan di Guild Lumiere

Chapter 13 - Kekacauan di Guild Lumiere

"Ahh..."

Desahan terakhir dari Freeya di kamarnya menandakan pergulatan ranjang di malam itu bersama suaminya telah selesai. Sudah cukup lama sejak Zel kembali ke guild mereka berdua tidak melakukan itu karena Zel terlalu sibuk dengan petualangan dan misinya.

Freeya memeluk erat suaminya yang mulai lemas usai mengeluarkan benih ajaibnya dalam rahim Freeya. Dikecupnya bibir suaminya itu dan tersenyum.

"Suamiku memang sangat perkasa. Aku jadi lebih mencintaimu, Zel."

"Aku juga, Freeya."

Setelah berucap seperti itu, Zel langsung bangkit dari posisinya. Freeya pun mengira kalo dia akan memainkan ronde yang entah ke berapa di malam itu.

"Eh? Mau lanjut lagi sampai pagi, Sayang?" tanya Freeya sambil menggoda.

Namun secara tidak disangka, Zel justru turun dari ranjang dan segera mengenakan pakaiannya.

"Kita sudahi sampai di sini dulu ya, Sayang. Kamu istirahat dulu saja," ujar Zel lantas mencium kening Freeya lalu melangkah keluar kamar.

Sementara itu, di luar pintu kamar mereka berdua seorang kakek tua berotak mesum sedari tadi berusaha mengintip dan mendengarkan desahan-desahan dari Freeya sudah pergi menuju ruangannya.

"Yah... sudah kelar rupanya. Tapi tenaga anak muda memang masih bisa kuat bertahan lama ya. Desahan Freeya memang tidak ada tandingannya," pikir Kakek Lumy. Dia berjalan menuju ranjangnya dan duduk di tepian seraya memikirkan sesuatu.

Meski otaknya mesum tapi tetap saja Kakek Lumy berusaha memenuhi tanggung jawabnya sebagai Master Guild Lumiere.

"Hasil rapat yang tadi disetujui oleh semua Master Guild memang bagus juga. Sepertinya akan ada sesuatu yang menarik nantinya," lirih Kakek Lumy.

***

Zel melakukan pendinginan setelah melakukan olahraga malamnya itu. Digerakkannya kedua tangan dan tubuhnya yang tadi merasa lemas. Dia lantas berjalan menuju ruangan depan di mana para anggota guild berada tadinya. Zel mengira kalo di situ masih seramai tadi dan juga tiga anak kembar yang ditemuinya masih ada di situ juga. Semakin dekat dengan ruangan itu Zel mulai merasakan adanya keganjalan. Betapa terkejutnya Zel setelah melihat sendiri keadaan ruangan itu.

Selain melihat hanya ada beberapa orang saja yang terkapar di bangku karena mabuk, Zel juga tak habis pikir saat melihat ada juga anggota guild yang tengah berkelahi dengan hebat. Dengan cepat Zel segera melerai mereka.

"Hei hei! Hentikan perkelahian kalian! Itu hanya akan menghancurkan barang-barang guild! Kalo mau bertarung juga di luar saja! Hoy kalian! bantulah aku!" bentak Zel seraya memisahkan keduanya. Namun tidak ada yang membantu Zel untuk melerai perkelahian itu. Hanya ada 10 orang yang ada di situ. Itu pun 2 orang yang tengah berkelahi dan 8 orang lainnya terkapar mabuk.

"Ah, sialan! Kalian berdua dengar ucapanku tidak si!" Zel semakin terpancing emosi karena kedua orang itu seakan tak peduli dengan keberadaan Zel dan terkena pengaruh minuman keras.

"Sialan! Lagian ke mana perginya si orang-orang bodoh yang tadi minum-minum di sini! Semuanya menghilang begitu juga dengan si tiga anak kembar! Sepertinya aku harus menggunakan cara yang lumayan kasar untuk memisahkan mereka," pikir Zel.

Tanpa pikir panjang lagi Zel menggunakan sedikit kekuatan sihir petirnya untuk disambarkan ke dua orang yang tadi berkelahi. Keduanya yang terkena langsung tak sadarkan diri di lantai.

"Yosh! Sepertinya sudah selesai masalah di sini," ujar Zel pada dirinya sendiri.

Tanpa sepengetahuan Zel, seorang pria yang dari awal berpura-pura terkapar di bangku itu memanfaatkan situasi. Seorang pria yang tadi awalnya masuk dan teriak minta tolong pada anggota guild itu kini dengan lancang masuk ke dalam guild guna mencari seseorang. Sedang Zel sendiri menghadapi kesulitan berlipat-lipat karena tiba-tiba saja semua orang yang ada di ruangan itu menyerang Zel bersamaan.

"Wah wah... ada apa sebenarnya ini? Kalian kenapa?" tanya Zel pada semua orang di situ. Tak kunjung ada jawaban dari mereka. Mereka semua hanya terus menyerang Zel dengan membabi buta.

***

Pekikkan Tan membuat Sin dan Cos melirik ke arahnya. Sin langsung menghampiri Tan karena khawatir.

"Kau kenapa, Tan? Ada apa denganmu?" tanya Sintri dengan panik dan langsung mengecek Tan secara teliti.

"Tengkukku... aneh! Seperti ada anak panah yang menancap di situ. Tapi beberapa detik setelahnya rasa sakit itu langsung hilang," jawav Tan yang justru bingung. Tangan kanannya menjelajah ke setiap bagian tengkuk guna mencari benda yang dirasa tertancap di situ. Namun Tan semakin dibuat bingung saat meraba ke daerah itu tetapi tak ada anak panah yang tertancap.

"Kau baik-baik saja, Tan?" tanya Gonocos yang kembali menghampiri Tan dan Sin.

"Sepertinya hanya perasaanmu saja Tan. Di tengkukmu tidak ada anak panah," ucap Sin setelah memastikan hal tersebut.

"Kau betul, Sin. Ayo kita lanjut menuju guild saja. Keadaannya semakin gawat sekarang," kata Tan lantas berlari tanpa aba-aba.

Cos yang penasaran pun menanyakannya pada Sintri.

"Dia kenapa?"

"Entahlah. Lebih baik kita segera ikuti dia saja," jawab Sin lantas segera menyusul Tan.

Jawaban Sin hanya membuat Gonocos semakin penasaran dan garuk-garuk kepala tak gatal. Tak mau tertinggal, Cos juga segera menyusul Sin dan Tan.

"Apa yang sebenarnya tadi terjadi padaku? Aku benar-benar merasakan rasa sakit di tengkukku namun seketika hilang. Ah entahlah! Yang penting kita bertiga harus sampai di guild untuk meminta bantuan Master dan anggota lain!" batin Tan.

Jarak guild dengan pasar tempat para warga terkena pengaruh sihir jahat itu tidak terlalu jauh. Hanya butuh beberapa menit saja Sin Cos Tan sampai ke guild.

Sementara itu, di atas gunung yang jauh dari Kota Nakasam berada dua orang yang hanya bersenang-senang dengan melempari batu birahi serta anak panah itu semakin merasa puas. Tawa mereka berdua nyaring sampai membisingkan daerah sekitar mereka yang sunyi.

"Terus lempar anak panahmu sampai fajar datang, Serong! Ini sungguh menyenangkan sekali! Pertunjukan ini!!" kata Thrower seraya terus melempar batu birahi kecilnya.

"Haha siap, Thrower! Idemu sungguh brilian!" ujar Serong yang juga menikmati tindakannya.

Namun tiba-tiba saja bertepatan saat Tan Metri kesakitan karena terkena anak panah Serong, entah kenapa Serong berhenti memanah dan langsung berkeringat dingin. Iblis tingkat atas itu seakan sangat ketakutan dan gentar. Dirinya mundur beberapa langkah sampai tak terasa menabrak batu besar di belakangnya.

"Hei hei! Kau kenapa, Serong?! Lanjutkan memanahmu!" perintah Thrower yang terheran-heran dengan sikap aneh Serong.

Tak menghiraukan ucapan Thrower, Serong berlutut di tanah dengan anak panah yang juga tergeletak begitu saja di tanah. Matanya terbuka lebar dan memasang raut wajah seakan hendak dibunuh. Posisinya pun seakan hendak bersujud di hadapan majikannya atau bahkan seperti meminta belas kasihan.