Chereads / Rasa Cinta Yang Terpendam / Chapter 1 - Anisa

Rasa Cinta Yang Terpendam

🇮🇩Halima_Zahro
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Anisa

Anisa, gadis 19 tahun yang hidup di desa. Dia adalah seorang mahasiswi di Universitas yang paling terkenal di surabaya.

Anisa berkuliah di surabaya karena keinginan dari hatinya yang paling dalam.

Awalnya kedua orang tua Anisa tidak setuju, karena orang tua Anisa menyuruh Anisa berkuliah di universitas yang dekat dengan desanya.

Tapi Anisa menolak karena dari sejak SMP Anisa selalu berdoa agar bisa berkuliah di surabaya.

Jarak dari desa Anisa ke Surabaya memang agak jauh, masih memakan 2 jam perjalanan jika mengendarai motor, dan itupun kalau jalanan tidak macet, tapi kalau macet bisa sampai 3 jam lebih.

Maka dari itu Anisa lebih memilih masuk kelas siang, karena kalau memilih kelas pagi takut terlambat.

"Kamu nggak masuk kuliah, Nak?" Tanya Ibu Anisa yang bernama Dewi, saat melihat Anisa yang masih berkutat didalam dapur, padahal jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.

Biasanya Anisa jam 9 pagi sudah berangkat menuju surabaya, karena jam kuliah masuk jam 1 siang.

"Anisa libur dulu, Bu. Karena banyak pesanan kue yang harus Anisa buat saat ini juga." Jawab Anisa sambil berjalan ke sana kemari membuat kue.

Anisa memang sangat pandai membuat kue, karena dia belajar dari Ibunya, Ibunya dulu menjual kue - kuenya berkeliling di desa - desa tetangga.

Tapi sekarang jaman sudah sangat canggih, Anisa menjual kue - kuenya lewat sosial media, jadi setiap hari Anisa mendapat pesanan kue.

Hari ini Anisa mendapat pesanan kue yang sangat banyak, karena kue yang Anisa bikin akan dibuat lamaran oleh tetangga desanya.

Itu adalah rezeki Anisa, karena dari penjualan kue tersebut, Anisa bisa membayar uang semester di kampusnya, karena Anisa sudah 2 kali menunggak uang semester.

"Kalau kamu capek, istirahatlah dulu, Nak." Ucap Bu Dewi yang sangat kasihan melihat anak satu - satunya harus mencari rezeki untuk biaya sekolahnya sendiri.

Ridwan, Ayah kandung Anisa hanyalah seorang tukang sayur keliling, yang jualannya kadang laku sedikit, bahkan sampai pernah tidak laku sama sekali.

Karena sekarang sudah banyak orang - orang yang membuka toko sayur didepan rumahnya sendiri.

Sedangkan Ibu Dewi hanyalah seorang buruh tani, dulu Bu Dewi menjadi penjual kue, tapi semenjak pekerjaan tersebut diambil alih oleh Anisa, Bu Dewi sekarang menjadi buruh tani.

Lagi pula penghasilan yang diperoleh Bu Dewi dari menjual kue itu sama sekali tidak ada apa - apanya jika dibandingkan dengan cara Anisa berjualan kue.

Maka dari itu Bu Dewi lebih baik mengalah, dan menyuruh Anisa untuk melanjutkan pekerjaannya tersebut.

Hasil jualan kue yang dijual Bu Dewi biasanya hanya cukup untuk makan sehari, sedangkan hasil kue yang dijual Anisa bisa lebih untuk dibuat makan, makanya Anisa sering menabung untuk membayar uang semester nya.

Tapi beberapa bulan terakhir, kue - kue bikinan Anisa hanya laku sedikit, karena sekarang juga banyak saingan penjual kue online di sosial media.

Tapi Anisa tidak gampang mengeluh, Anisa masih sangat bersyukur atas apa yang dia peroleh.

Bahkan Anisa pernah hanya mendapat untung tiga puluh ribu sehari, gara - gara kue jualannya sangat sepi.

Tapi Anisa tetap semangat untuk terus membuat kue yang enak dan lezat hingga sekarang dia bisa mendapat banyak pesanan.

Dor dor dor

"Ridwan, keluar kamu."

Anisa mendengar suara seseorang berteriak sambil menggedor pintu rumahnya, membuat Anisa dan Bu Dewi terburu - buru lari keluar rumah untuk melihat siapa yang datang ke rumahnya sambil berteriak - teriak.

"Ada apa, Pak Warno?" Tanya Bu Dewi pelan dengan menahan rasa takut.

Pak Warno adalah juragan buah di Desa Anisa, dia juga seorang rentenir yang galak dan suka menikahi gadis dibawah umur untuk dijadikan istrinya.

Tapi, jika dia sudah bosen, dia akan menceraikan dan memulangkan anak orang tanpa rasa hormat.

"Mana suami kamu? Suami kamu sudah nunggak 3 bulan." Ucap Pak Warno dengan mata mendelik yang membuat Anisa dan Bu Dewi semakin ketakutan.

"Be..beri ka..kami waktu, Pak." Ucap Anisa gelagapan karena takut, sampai - sampai Anisa bersembunyi dibelakang tubuh Ibunya.

"Saya akan kasih waktu satu hari lagi, jika kalian tidak bisa membayarnya, saya akan memaksa Anisa untuk ikut dengan saya." Ucap Pak Warno sambil tersenyum sinis.

Anisa semakin ketakutan, pasalnya dia akan dijadikan istri yang ketiga.

Anisa tidak pernah berpikir sekalipun untuk menikah diusianya yang menurutnya masih muda, apalagi menjadi istri nomor tiga, itu adalah mimpi buruk bagi Anisa.

Karena dia ingin menikah disaat dia sudah lulus kuliah, dan mencari suami yang seumuran dengannya, bukan bandot tua yang doyan kawin.

"Astaga, ini sama sekali bukan mimpi indah ku." Batin Anisa.

Padahal Anisa ingin sekali dilamar oleh seorang pangeran tampan yang baik hati, seperti yang ada didalam mimpinya.

Tapi sayangnya itu semua cuma dalam mimpi, justru yang datang malah seorang aki - aki yang sangat cocok menjadi Kakeknya.

Setelah Pak Warno pamit untuk kembali pulang, Anisa sedikit merasa lega, hingga Anisa langsung menyeret Ibunya untuk masuk kedalam rumah dan menutup erat pintunya.

Tok tok tok.

Baru juga ditutup oleh Anisa, pintu kembali diketuk oleh seseorang.

Ibu Anisa mengasih kode pada Anisa untuk membuka pintunya, namun Anisa menggeleng, pertanda Ibunya tidak boleh membuka pintu itu.

Anisa sangat takut jika yang datang adalah aki - aki yang ingin menikahinya tadi.

Bu Dewi mengelus pelan pundak Anisa, bertujuan agar Anisa merasa sedikit tenang.

Setelah Anisa tenang, Bu Dewi meninggalkan Anisa yang masih duduk di dapur sendirian dengan wajah tegang.

Saat pintu terbuka, menampakan sosok Pak Ridwan, Ayah Anisa yang sedang berdiri didepan pintu karena pintu sangat lama terbuka.

Pak Ridwan baru pulang dari menjual sayur - sayur keliling.

Seperti biasa, setiap jam 12 Pak Ridwan akan pulang untuk makan dan beristirahat sejenak untuk menghilangkan sedikit rasa lelahnya.

"Kenapa Ibu lama sekali buka pintunya?" Tanya Pak Ridwan sambil mengelap keringat yang mengalir di dahinya dengan menggunakan handuk yang ada di lehernya.

"Ibu kira tadi Pak Warno yang datang, Pak." Jawab Bu Dewi sambil menutup kembali pintunya setelah suaminya masuk kedalam rumah.

"Memangnya tadi Pak Warno kesini?" Tanya Pak Ridwan yang terlihat gugup, karena dia masih belum punya uang sama sekali untuk mencicil hutangnya pada juragan buah itu.

"Iya, Pak. Dia kasih waktu 1 hari, kalau kita tidak segera mencicil nya, dia akan bawa putri kita untuk dijadikan istrinya." Jawab Bu Dewi dengan sedih.

Bu Dewi juga takut jika juragan buah itu akan membawa Anisa.