telfon pun dimatikann dan kini dirinya menetap ke depan dengan pandangan mata yang penuh aksn dendam.
""kamu tidak berpikir bagaimana perasaan dinda?" tanya elora.
"tapi perjodohan ini juga bukan mauku elora!" pekik brian dengan nada yang mulai tinggi karena mencoba menjelaskan kepada elora.
"tidak kak…." Ujar elora dengan nada yang merendah.
"tetaplah menikah"
"biar aku yang pergi" ujarnya dengan tersenyum lirih.
"tidak!" pekiknya dengan sedih.
Brian kini memeluk elora, dan elora hanya pasrah dipeluk brian, jujur elora rindu sangat rindu, ia tahu selama ini brian mencarinya. Namun hatinya masih sakit akan perlakuan brian dulu.
"maaf sayang" ujarnya dengan memeluk elora yang semakin dalam menangis.
"aku tidak akan menyakitimu lagi"
Brian merasakan gelengan dari elora,
"kamu sudah menyakiti hati terdalamku kak hiks" ujar elora dengan sedih.
"maaf" ujarnya dengan mengelus rambut elora.