Hutan Raya samping kota kini menjadi tujuan utama Elora dan Kenza. Elora saat ini sedang menaiki angsa yang sangat besar yang dikirimkan nenek Rose kepada mereka berdua.
"Kenzaa… apakah kita terlihat oleh orang lain?" ucap Elora dengan sedikit teriak karena takut Kenza tidak mendengar ucapanya sebab angin yang kencang berhembus di angkasa.
"Tidakk! Kita sudah meminum pil tadi kan? Nah itu gunanya agar tidak terlihat oleh orang lain," ucap Kenza dengan teriakanya.
"Ohh!" Elora ber-oh ria ketika mendengar jawaban dari Kenza.
Mereka berdua terbang dengan angsa yang terbang di angkasa, Elora tertawa seperti melepas beban yang selama ini ia pendam sendirian, ia berteriak dengan lepas di tengah angin yang bersemilir dengan kencang.
Beberapa menit telah berlalu, mereka akhirnya sampai di sebuah hutan yang sangat lebat. Elora mengedarkan pandanganya ke seliling pepohonan yang tinggi dan rimbun.
"Kenzaa… apakah ini hutanya?!" tanya Elora dengan berteriak lagi.
"Iya… sebentar lagi kita sampai!!" jawab Elora dengan teriakan pula.
Elora diam dan terus memandangi pepohonan yang hijau dan menyejukkan matanya.
"AUOOUOOOO~!" teriaknya dengan senang hati.
"Hahahahahaha enak sekali di atas sini Kenza!" ucap Elora, Bibirnya pun tertawa dan menjerit sesuka hatinya.
Kenza hanya bisa tersenyum melihat sisi kekanakan Elora. Karena dirinya sudah merasakan bagaimana hidup di dalam hutan dengan neneknya dan angsa yang merupakan kendaraan dari neneknya itu.
Dari kejauhan beberapa meter terlihat gubuk yang berdiri di tengah-tengah rimbunya hutan, gubuk itu mempunyai pagar kayu yang sederhana bewarna merah menyala. Terlihat ada seorang nenek yang tengah duduk di depan teras gubuk itu dan melambai ke arah Kenza dan Elora.
"Nenek Rose!" pekik Kenza kepada neneknya sambil melambai-lambai ke arah nenek Rose
Angsa yang mereka naiki akhirnya berhenti di kediaman gubuk nenek Rose.
"Nenek," panggil Kenza dengan menghambur ke pelukan neneknya.
Sedangkan Elora sibuk membawa kopernya dan koper Kenza menuruni angsa yang telah membantunya sampai ke tempat ini. Elora membatin di hatinya. Ia mengira bahwa setidaknya rumah neneknya itu adalah rumah yang mewah di tengah hutan, namun ekspetasinya terlalu kelewatan. Nyatanya hanya sebuah gubuk yang sederhana dengan pagar dan kursi yang ada di depan teras gubuknya.
"Tidak seperti dugaanku," ucap Elora dalam hati.
"Maaf ya nak, kalau tidak sesuai dugaanmu, nenek hanya tinggal di gubuk sederhana, namun jangan khawatir disini sangat nyaman," ucap nenek Rose yang membuat Elora terkejut.
"Bagaimana bisa nenek ini tau apa yang aku pikirkan?" tanya Elora dalam hati.
"Nenek bisa mendengar kata hatimu," ucap nenek Rose.
Ya.. Elora benar-benar terkejut, nenek yang ia temui di taman waktu dulu ialah nenek Rose yang bisa membaca isi hati orang lain. Elora semakin merasa bersalah jika nenek Rose mengetahui apa isi pikiranya.
"Nenekku ini hebat loh Elora, dia bisa membaca pikiran hahahaha," ucap Kenza sambil gelendotan di tangan Rose.
"Sudahlah tidak apa, nak Elora ayo masuk. Dan Kenza bawa kopermu sendiri," ucap nenek Rose ketika melihat Elora membawa dua koper sekaligus.
Kenza menghampiri Elora yang tengah bengong, ia masih bingung dengan semua ini. baru kali ini ia menemukan orang yang hebat seperti nenek Rose.
"Saya nenek Rose, neneknya Kenza. salam kenal ya," ucap nenek Rose dengan mengulurkan tanganya ke hadapan Elora. Dan Elora pun menerima jabat tangan dari nenek Rose dan berucap. "Nama saya Elora, mohon bantuanya nek Rose," ucap Elora memperkenalkan diri dengan ramah.
Nenek Rose menyilahkan Elora masuk ke dalam gubuk itu, namun ia sangat kaget dengan isi dalam gubuk tersebut. Interior yang mewah bahkan seperti ia berada di masa depan merasakan keindahan interior rumah yang jarang dimiliki warga umumnya.
"Baguskan rumah nenek, ya memang dari luar seperti gubuk, namun dari dalam seperti istana," ucap nenek Rose dengan bangga.
Elora hanya tersenyum menanggapi ocehan nenek Rose. Kemudian Kenza menyuruhnya untuk pergi ke kamar yang ada di samping ruang tamu.
"Waww.. aesthetic sekali!" ucap Elora terpanah akan keindahan kamarnya.
"Kamar kamu dimana Kenza?"
"Di sebelah kamar ini."
"Apa aku tidak merepotkan?" tanya Elora penasaran.
Jujur Elora sangat takut jika dirinya merepotkan nenek Rose, terlebih lagi Kenza sudah banyak menemaninya dalam suka maupun duka, jika ia menjadi sukses nanti, ia tidak akan lupa dengan perjuangan nenek Rose dan Kenza yang baik kepadanya.
Elora memeluk eknza dengan erat. " maafkan aku ya Kenza" ucap Elora dalam dekapan Kenza.
"Tidak papa Elora, anggap aku saudaramu sendiri,"
"Hiks, yang saudaara saja membuangku, kamu yang sahabatku menganggapku sebagai saudara, sungguh aneh ya hidup ini," ucap Elora dengan menangis karena saking terharunya dengan perjuangan Kenza membawa dan membantunya selama ini.
"Sudahlah Elora, aku tidak apa-apa. Malah aku senang mendapatkan saudara seperti dirinmu," ucap Kenza sambil memegang pundak Elora yang rapuh.
"Kamu tetap semangat ya," ucap Kenza dengan menghapus air mata Elora yang terus jatuh.
Elora mengangguk menandakan bahwa dirinya akan terus semangat jika Kenza selalu di sisinya dalam suka maupun duka.
"Aku ke kamar dulu ya," ucap Kenza samba mendorong kopernya yang berat karena barang-barang di kosnya yang banyak.
"Baiklah," ucap Elora menjawab Kenza.
Ia duduk di ranjang Kasur yang empuk kemudian membuka kopernya, di dalamnya ada foto ayah dan ibunya serta dirinya yang masih kecil. foto itu di kasih figura yang terdapat ukiran kayu yang bagus di sekelilingnya.
Elora memeluk foto itu dan berkata. "Lihat ayah..ibu.. Elora akan tau jati diri Elora untuk hidup di dunia ini maafkan Elora jika karena Elora kalian tewas begitu saja. Maaf ayah ibu… Elora sayang kepada kalian," ucapnya sambil menangis. Ia kemudian merebahkan tubuhnya yang lelah itu dan terlelepa sebentar.
Pukul 3 sore telah tiba, Kenza mencoba membangunkan Elora yang tertidur dengan meemluk sebuah figura yang dimana terdapat foto keluarganya. Di angkatnya figura itu dari dekapan Elora dan diletakkanya di meja samping ranjang Elora. Kemudian Kenza membangunkan Elora dengan lembut.
"Elora… ayo kita makan dulu, nenek sudah masak makanan enak loh" ucap Kenza sambil mengguncang tubuh Elora dengan halus.
"Eghh~," gumam eora dalam tidurnya.
Kenza kembali membangunkan Elora dan akhirnya Elora bangun karena Kenza mengguncang tubuh Elora dengan kuat.
"Ayo makan!" ucap Kenza dengan nada kesal.
Jangan salahkan Elora jika dirinya susah dibangunkan, karena dia sedang kecapekan.
"Iya Kenza~," jawab Elora seraya bangun untuk merengggangkan ototnya yang kaku karena tidur dengan tidak nyaman.
"Ayo makan dulu!"
Kenza menarik tangan Elora supaya diirinya benar-benar bangun dari tidurnya .
Elora sudah bangun dan mereka berdua mengarah ke ruang makan yang sudah ada nenek Rose yang telah menyiapkan makanan sore bagi Elora dan Kenza serta dirinya sendiri.