Jika Elora dan Kenza sibuk mempersiapkan kepergianya tanpa memberitahu siapapun. Begitu juga dengan Brian yang tidak tau akan kabar itu, ia bangun dari tidurnya dan bersiap siap pergi untuk menengok kesehatan Elora, sosok gadis yang akhir-akhir ini telah mengusik hidupnya.
Ia mempersiapkan tubuhnya dengan olesan minyak yang sangat wangi bermerek dior. Memang orang kayak jika membeli parfum tidak tanggung-tanggung. Setelah selesai berdandan Brian menuruni tangga guna sarapan.
"Sayang," ucap Reina dengan alunan nada yang lembut menyapa Brian yang masih menuruni tangga. Di samping ibunya ada jerom yang sudah sarapan dan sosok yang ia benci yaitu ayahnya yang sudah membuat dirinya menjadi seperti ini.
Brian tidak menanggapi sapaan ibunya, ia menuruni tangga dan duduk di meja makan di samping Reina, ia tidak sudi jika makan di samping ayahnya.
"Mau kemana pagi-pagi seperti ini?" tanya Reina dengan penasaran.
"Mau keluar sebentar bu."
"Pasti mau kencan, kapan-kapan ibu mau lihat wanita yang bisa memikat anak kesayangan ibu ini," ucap Reina dengan mengambilkan makanan untuk Brian.
Mereka tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang sangat iri dengan perlakuan Reina kepada Brian, ya.. dia adaah jerom. Jujur jerom sangat iri dengan Brian yang di manja, ia mengingat perkataan ibunya yang sinis tentang pacarnya, namun jika dengan Brian ibunya sangat sayang sekali.
"Belum waktunya bunda," ucap Brian sambil makan dengan lahap.
"Aku juga ingin diperlakukan dengan tulus seperti Brian," ucap hati jerom yang menjerit, namun ia tidak bisa melakukan apa pun selain diam dan memandang kemesraan ibunya dengan anak bungsunya, anak sulung pasti tidak pernah ia hArgai.
Jerom melamun kea rah Brian, tanpa ia sadari Brian juga memandang jerom yang melamun mengahadap dirinya.
"Kak."
"Ah iya, kenapa Brian?"
"Kakak mau ikut tidak?" tanya Brian kepada kakaknya, ia kasihan kepada kakaknya jika ditinggal sendirian di rumah yang tidak ada kasih sayang dan kehangatan sama sekali.
Brian tau kakaknya tidak mendapatkan kasih sayang dari ibu maupun ayahnya. Padahal dulu ibunya sudah ia bilang jangan sampai membenci jerom, namun karena semua mmemiliki hati dan mempunyai pandangan sendiri, ibunya- Reina tetap memilih membenji kaakaknya itu.
"Apa kakak tidak ganggu?" tanya Reina dengan sinis.
"Tidak bunda, kakak malah membuatku bersemangat" ucap Brian memuji kakaknya.
"Bunda tidak boleh berkata seperti itu ya," ucap Brian dengan tersenyum kepada ibunya itu.
"Kan bunda berkata yang sebenarnya, bunda tidak ingin jerom mengganggu anak bunda yang satu ini," ucap Reina sambil melirik jerom tidak enak.
TRING
Dalam kebisingan itu Arga-ayah jerom dan Brian mengusik suasana yang rebut, ia mengetuk piringnya dengan garpu dan sendok.
"Makanlah dengan tenang!" ucapnya membuant Reina membungkam dan Brian yang lahap memakan makananya.
Dengan tergesah-gesah Brian mengakhiri acara sarapanya.
"Ayo kak," ucap Brian sambil menggandeng tangan jerom.
Jerom mau tak mau harus mengakhiri acara sarapanya dan ikut dengan Brian.
Mereka menuju mobil yang terpakir rapi di garasi.
"Terimakasih telah menyalamatkan kakak," ucap jerom dengan memberikan jari berbentuk love ke Brian.
Brian merasa geli kakaknya bilang seperti itu.
"Hi… menyesal aku menolongmu," ucap Brian dengan menuju mobilnya.
"Kakak ikut atau tidak?" tanya Brian kepada jerom yang masih berdiri di luar.
"Sepertinya tidak, aku tidak mau mengganggumu."
"Hn. Baguslah," ucap Brian dengan cuek.
Jerom tertawa mendengar jawaban Brian yang pasrah, padahal tadi di dalam rumah dirinyalah yang menggeret jerom sampai ke depan garasi seperti ini.
"Pergilah keluar, jangan di rumah yang penuh kedinginan itu" ucap Brian sambil menyetater mobilnya, jerom hanya mengangguk.
"Aku juga akan menemui gadisku, kamu duluan saja," ucap jreom dengan senyuman khasnya.
"Hn," jawab Brian dengan enteng.
Brian kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, hari ini ia ingin memberikan coklat pada Elora karena bertepatan hari valentine.
Ia memarkirkan mobinya di salah satu mini market. Terdapat poster yang besar yang bertuliskan 'Happy Valentine' di mana-mana.
Brian melangkahkan kakinya ke dalam mini market tersebut dan bilang kepada kasirnya.
"Saya beli coklat valentine yang sangat special di minimarket ini," ucapnya, kemudian kasir minimarket tersebut mengeluarkan coklat yang super cantik.
Brian membeli coklat itu dan kembali ke mobilnya. Ia ingin memberikan kejutan kepada gadis yang sudah mencuri hatinya meskipun belum sepenuhnya.
Sekitar dua puluh menit lamanya perjalanan menuju rumah sakit dimana Elora berada.
Ia kemudian turun dari mobil dan menuju kamar Elora, namun ketika membuka pintu betapa terkejutnya Brian. Ia tidak menemukan Elora berada, kamar itu malah sudah di tempati orang lain.
"Dimana Elora?" gumamnya dalam hati.
Brian kemudian melangkahkan kakinya menuju resepsionis dan menanyakan keberadaan Elora.
"Suster mau tanya, pasien atas nama Elora dimana ya?" tanyanya dengan sedikit panik.
"Maaf pasien bernama Elora sudah pergi dari pagi tadi."
"Apa?" ucap Brian terkejut atas penjelasa suster tersebut.
"Baik terimakasih suster," ucapnya lalu berlari ke parkiran mobil, ia menelfon Roby, namun Roby tidak di angkat-angkat. Mau tidak mau ia harus pergi ke kosan Kenza.
Sekitar 30 menit perjalanan rumah sakit menuju kos Kenza, setelah sampai di kos-kosan Kenza, Brian kemudian bertanya pada ibu kos yang beruntungnya sedang duduk di depan teras.
"Selamat pagi, mohon maaf bu, apakah Kenza dan temanya masih ada di sini?"
"Maaf mas, Kenza dan satu temanya itu sudah pindahan dari pagi tadi," Ucap ibu itu dengan juujur.
"Apa?!"
Brian sungguh terkejut untuk yang kedua kalinya.
"Dimana kamu Elora," ucapnya dengan menggumam.
Ia mencoba menelfon nomor Roby namun tidak di angkat.
"Apa ibu tau dimana mereka akan pindah?" tanya Brian kepada ibu kos, namun ibu kos menggeleng, menandakan tidak tau akan hal tersebut.
"Baik terimakasih ibu," ucap Brian sambil menunduk, ia segara berpamitan dengan ibu kos Kenza dan mengarahkan mobilnya ke kampus.
***
"Mahasiswa kamu keluar dua orang, namanya Elora atteonie shaneur dan Kenza," ucap kepala program studi bisnis, tepat dimana itu adalah jurusan Elora dan Kenza selama berkuliah.
Pernyataan itu membuat sosok Roby terkejut bukan main, kenapa Elora dan Kenza tidak mengatakan dulu kepada dirinya, kenapa seperti ini.
"Kapan bapak menerima surat keluarnya?" tanya Roby memastikan.
"Tadi subuh."
"Baik bapak terimakasih atas infonya," ucap Brian kemudian melangkahkan kakinya menuju ke ruangan khusus dosen. Ia melihat Hp nya yang sudah banyak panggilan dari Brian. Kemudian ia menghubungi Brian, namun sekarang malah Brian yang tidak mengangkat telfonya.
***
"Sial dimana Elora dan Kenza berada," ucap Brian, dengan cepat ia menuju kampus Elora dan Kenza untuk emnemui Roby.
Sesampainya di kampus, ia memarkirkan mobilnya di depan fakultas dan mencari keberadaan Roby.