Elora berlari kea rah kamarnya dan kini dirinya mengusap air matanya yang jatuh. Ia memasuki kamarnya dengan keadaan menangis.
"kenapa sih, dengan ayah" ujar elora dengan bingung,
"hiks"
Isakan elora membuat brian yang kini beridri di balik pintu ikut sedih.
TOK TOK TOK
Brian mengetuk pintu kamar dengan pelan.
"elora sayang" panggil brian dengan palan.
Elora tetap menangis sejadi – jadinya. Ia kira malam ini akan menjadi malam yang indah, namun ternyata tidak.
"Aku harus bagaimana?" tanyanya dengan sedih.
Ia memandang kaca jendela yang besar dengan sedih, tanganya tak henti – hentinnya mengelus perutnya.
"nak, kamu kapan hadir di Rahim mama" ucap elora dengan sedih,
Brian kini mendekat dan langsung memeluk elora.
GREP
Sebuah pelukan kini menemani elora yang menangis sendu. Ia benar – benar tidak tega jika melihat istrinya seperti ini.
"sayang, ayah tidak bermaksud seperti itu, " ujar brian dengan sedih.