Di bawah sinar rembulan yang terang dan semilir angina yang menerbangkan helaian-helaian anak rambut dari wanita dan pria yang berpelukan. Hangat, itulah yang mereka rasakan saat mendekap satu sama lain. Tangisan pilu dari sang wanita membuat dekapan seorang pria tersebut semakin erat seakan-akan tidak mau berpisah. Suara percikan air yang ditimbulkan oleh sungai di samping jembatan, menelisik ke telinga mereka.
Elora sangat nyaman di pelukan Brian, padahal dia dan Brian baru bertemu dan kenal beberapa hari, namun kemistri yang semakin terasa membuat jantungnya berpacu lebih cepat, begipun dengan jantung Brian saat ini.
DEG DEG DEG
"Gawat.. apa detak jantungku terdengar oleh dia," gumam Brian di dalam hatinya.
Brian melirik sosok yang sedang ada di dekapanya dan satu kata tercipta dari bibirnya. "Harum," gumamnya kemudian.
Rambut Elora memang sangat wangi, karena mememang dia sangat bersih dan memperhatikan badanya. Brian kemudian mengendus-endus rambut Elora dan mengusapnya dengan perlahan.
"Ha?"
Sentuhan tangan itu membuat sang pemilik rambut mendongak ke atas, dimana terdapat rahang tegas milik Brian dan tatapn mata yang tulus. Cukup lama Elora berhadapan.
"Ciee-ciee~."
Tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari anak-anak yang lewat melalui jembatan yang sama dengan tempat Elora dan Brian berpelukan.
Mereka berdua melepaskan pelukan satu sama lain, karena malu dan mereka baru sadar bahwa ini di pinggir jalan. Memang ya jika sudah berdua dengan seseorang yang kita cintai rasanya dunia seperti milik mereka berdua.
Elora hanya bisa menunduk dengan wajah merah dan air mata yang belum mongering, perasaanya sekrang sudah agak mendingan dari pada pertama kali ia keluar dari rumah kakeknya- ah bukan kakekknya lagi.
Sedangkan Brian tidak tau harus berbuat apa. Ia melihat Elora yang tengah menunduk, sedetik kemudian ia menggapai tangan Elora dan menariknya ke dalam mobil.
"Mau kemana kita?" tanyaya ketika Brian membukakakan pintu mobil untuknya. Sudah seperti seorang ratu saja.
"Ayo cari makan, aku tadi mendengar suara perutmu yang minta tolong," ucap Brian dengan senyum yang sangat tipis, sampai-sampai hampir tidak diketahui oleh Elora.
"Ta-tapi aku sudah tidak punya uang, semua asset sudah di ambil oleh kakekku dan aku-aku…aku hiks," ucap Elora dengan trak kuasa menhan air matanya lagi.
Ia masih tidak menyangka kakeknya akan setega itu dengan dirinya, menghapus marga Shaneur dan memblokir semua asset. Padahal dia ini juga cucunya. Hanya kakeknya satu-satunya keluarganya saat ini.
"Aku tidak tau harus lanjut kuliah atau berhenti."
"…." Tidak ada jawaban dari Brian, itu yang membuat Elora overthingking, aoakah Brian sekarang rishi dengan dirinya yang sudah tidaj punya apa-apa.
Mobil yang ditumpangi mereka berdua berhenti di sebuah restoran mahal yang terletak di tengah kota yang padat di daerah mereka.
"Kak Brian?"
"Ayo turun."
Dengan romantic Brian membukakan pintu mobil lagi. "Tidak mungkin kan kamu sia-sia berdandan cantik seperti ini, tapi malah pulang dengan perut kosong."
DEG
"Perasaan apa ini?" tanyanya dalam hati.
"Ta-tapi make upku sudah luntur."
"Natural pun kamu tetap ca- ah sudahlah, ayo ke dalam."
Brian dan Elora menuju ke dalam restoran, mereka seakan-akan couple yang sangat sempurna, satunya begitu cantik, satunya lagi begitu tampan. Semua mata sampai tertuju pada mereka berdua.
"Apa ada yang aneh di badan kita? Kenapa semua orang memandang kita," ucap Elora ketika menyadari pandangan dari pengunjung restoran yang lainya.
"Karena kamu cantik," gumam Brian dengan nada rendah.
"Apa?" tanya Elora memastikan, ia tidak mendengar ucapan Brian namun melihat pergerakan dari bibirnya. Maka dari itu ia menanyakan apa yang diucapkan Brian.
"Hn. Lupakan."
Brian mati-matian menyembunyikan raut kemerahan di wajahnya. Ia tidak mau Elora mengetahuinya. Brian juga tidak mengerti ada apa dengan dirinya, jiwanya ketika bertemu Elora seakan penuh dengan kenyamanan, rasa rindu dan rasa aneh yang dirasakanya secara bersamaan, padahal Brian sadar. Mereka hanya bertemu beberapa hari, namun sudah sedekat ini. Dulu sekali banyak yang menyukai Brian, ada pula yang sampai dari kecil gingga sekrang sedang menyukai dirinya , tapi ia tidak tertarik sama sekali. Yang bisa mengusik hatinya adalah Elora.
Mereka berdua memesan steak untuk makan malam. Rencana bertemu dengan remon wongsono berakhir dengan makan di restoran dengan Brian.
"Kamu masih tinggal dengan Kenza?" tanyaya kepada Elora.
"Iya masih," ucap Elora diiringi dengan anggukan kecil.
"Nanti kita bungkus untuk Kenza."
"Ta-tapi-"
"Tak usah khawatir aku yang akan bayar."
"Maafkan aku kak Brian."
Elora benar-benar sedih tidak bisa membayar makan sendiri. Sepertinya mulai besok dirinya harus mencari pekerjaan.
Mereka memakan makananya sampai habis dan setelah itu memesan untuk di bungkus. Setelah itu mereka menaiki mobil menuju kosan Kenza karena hari sudah larut.
Setelah 35 menit di jalan dengan keadaan hening, akhirnya sampai di kosan Kenza. Elora turun dari mobil dan membungkuk seperti mengucapkan kata'terimkasih'.
Dengan tak terduga, Brian ikut turun dari mobil dan mengampiri Elora.
"Oh iya, soal kamu berhenti kuliah, jangan dilakukan ya… kamu bisa kuliah sambil kerja. Sayang juga kalau berhenti, untuk uang semester pertama akan kubayar. Kamu fokus cari kerja saja."
"Benaran kak? Aku akan balas kebaikan kakak," ucap Elora dnegan mata yang berbinar-binar. Ia ingin menangis lagi karena bahagia menemukan sosok yang baik hati seperti Brian.
"Hn."
Setelah itu Brian kembali ke dalam mobil, dibalas dengan lambaian tangan Elora.
Hari ini bagi Elora adalah hari yang menyakitkan sekaligus menyedihkan. Ketika Brian pergi seperti ada yang hampa di hatinya. Dan ia teringat kembali pada ucapan kakeknya yang sangat jahat. Dirinya menyalahkan Elora dan dengan teganya ia mencabut marga shaneur.
Tok tok tok…
"Breaking News. Kemarin malam telah terjadi kebakaran besar yang menimpa kediaman keluarga konglomerat yaitu keluarga Shaneur. Dua orang yaitu Kinaya dan vandigo tewas di tempat, dan sampai saat ini belum di temukanya anak dari mereka berdua. Kami sempat mewawancarai ayah dari Kinaya, yaitu bapak Remon wongsono, bertutur bahwa anak dari kinaya dan vandigo menghilang sejak kebakaran terjadi. Penyebab kebakaran diduga karena anak mereka lupa mematikan kompor sehingga membuat percikan api dengan ledakan tabung gas. Sekian breaking News dari kami, saya mohon undurkan diri"
Bugh
"Elora!"
Kenza sangat terkejut Elora tiba-tiba sudah di dalam kamar dan lebih kagetnya lagi ia melihat acara Tv yang menyiarkan tentang keluarganya.
"Kenapa kakek setega itu," ucapnya dengan sedih.
"Elora tenang ya.."
"Tidak Kenza, kakek tadi juga sudah membuangku. Sekarang namanu adalah Elora Attonie saja. Shaneur sudah bukan margaku lagi."
Air mata itu jatuh lagi, menandakan Elora memang sangat sakit hati atas perilaku kakeknya yang tidak menyukai dan berbuat dzolim kepada dirinya.
"Akan aku buktikan aku bisa hidup tanpa marga shaneur," ucap Elora dengan nada serius dan tatapan penuh benci.