Chereads / TRIO HA / Chapter 31 - Gangguan Besar

Chapter 31 - Gangguan Besar

Malam pukul dua belas pun akhirnya tiba. Yusuf dan Adam belum juga tertidur. Mata mereka masih terbuka karena tak bisa memejamkannya akibat hipotesis-hipotesis yang berkelebat di kepala.

"Apa kau berpikir apa yang kupikirkan?" Yusuf bertanya. Mengikuti dialog-dialog yang ada di layar kaca.

"Mana kutahu. Mana ada yang bisa baca pikiran, Gila!" Adam berseru kecil. Ia membaca sebuah tulisan yang berisi puisi karangan Hana yang ia tulis di media sosial berinisial F.

Keheningan yang tak biasa menyelimuti. Keheningan yang mencekam. Aji dan Raka di kamar sebelah sudah tidur sejak selesai isya tadi. Tak mungkin mengganggu mereka yang sejak pagi sudah lelah karena kerja rodi akibat Ani dan Lina.

Kedua pemuda itu berpandangan dalam diam. Yusuf mendekati tempat tidur, tempat Adam membaca tulisan kesayangannya di ponsel. Tak ada kata yang terlontar dalam keheningan itu. Mereka menunggu. Berpura-pura sudah benar-benar terlelap dengan tak menghasilkan suara selain napas yang tenang dan teratur ala orang tertidur.

Burung gagak dan burung hantu bersahutan dalam mengeluarkan suara. Aura malam ini sungguh mencekam. Mereka tak berani untuk sekadar melihat ke arah jendela yang menjadi sumber terdengarnya suara isakan dan teriakan pilu seorang perempuan jika didengar dari suaranya.

Keringat dingin menuruni pelipis Adam. Di saat yang sama, Yusuf mengusap tengkuknya. Ia merasa sesuatu gaib menyelimuti luar jendela mereka. Dari isyarat pandangan Yusuf, Adam bisa tahu apa yang ditanyakan Muhammad Yusuf. Adam Hanan Ibrahim pun mengangkat bahunya. Menyerah menjawab pertanyaan yang memenuhi kepala.

Siapa dua orang di luar jendela itu? Benarkah memang orang?

Perempuan itu kenapa bersuara menderita begitu? Adakah ia sedang disiksa atau ia telah disiksa?

Baik Adam dan Yusuf tak bisa menemukannya. Mereka terlalu takut untuk melihat ke arah jendela. Namun, ada yang salah dari teriakan perempuan itu. Adam tidak yakin itu suara manusia asli. Seperti dia tersugesti bahwa makhluk itu memiliki kemampuan di luar nalar.

"Lihat!" seru Yusuf. "Di seberang sana!" Ia menunjuk jendela yang lainnya. Ada seorang berpayung menjauhi tempat mereka.

"Kenapa aku merasa, ada manusia juga di roda ini," gumam Adam yang masih dapat didengar Yusuf.

"Jangan main-main. Kau gak mikir ini memang setan, 'kan?" tanya Yusuf agak berseru pelan.

Mereka sedang meringkuk di bawah jendela tempat keduanya bisa melihat wanita berpayung.

"Tentu saja begitu."

Wajah Yusuf memucat. Ia tahu, jika sudah seperti ini nada dan gaya bicara temannya, artinya ia benar-benar serius.

"Takhayul!"

"Perkara gaib memang benar adanya. Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku. Itu bunyi Qur'an Surat adz-Dzaariyaat ayat 56. Buka kalo gak percaya."

"Al Qur'an bilang apa? Jin kan? Bukan setan!" Yusuf masih betah mempertahankan argumennya.

Mendengar itu Adam mencibirnya. "Kurasa kau bukan cuma bodoh tapi juga penakut."

Serangan telak dari Adam membuat Yusuf bungkam. Kemudian Adam mengutip ayat Alqur'an lagi, penggalan Al-An'am ayat seratus dua belas.

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu dari setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin!"

"Tapi, kita kan bukan nabi, Dam! Nama doang yang minjem nama nabi."

Adam semakin gemas. Temannya kalau sedang panik dan ketakutan memang kumat bodohnya. Padahal ayat itu maksudnya adalah setan bukan hanya dari golongan jin, tetapi manusia juga ada. Setan itu sifat bukan wujud. Adam jadi ragu kalau Yusuf dulu pernah mengaji.

Lagi-lagi mereka tak menyadari kalau dari jendela yang satunya telah ada sosok yang menyeringai kepada dua laki-laki itu.

Mereka baru tersadar ketika ada suara cicitan anak ayam dan suara betina ayam yang menggiring anak-anaknya. Begitulah yang telinga mereka tangkap.

Adam dan Yusuf saling berpandangan. Di daerah mereka, ada mitos yang terkenal, yaitu jika terdengar suara anak ayam mencicit atau betina ayam artinya ada sosok kuntilanak di sekitar mereka. Sekuat tenaga mereka tidak mengeluarkan napas dan suara. Tindakan konyol yang mereka dengar dari cerita rakyat mengenai kuntilanak dan cara terbebas darinya.

"Rokok, rokok! Dia takut sama laki-laki yang merokok!" demikian bisik Yusuf di telinga Adam yang di depannya. Ia sendiri berada di belakang, menggenggam erat kemeja Adam.

Sementara di kamar Hana dan Hasna, dua perempuan tersebut juga mendengarkan suara serupa. Namun, malangnya mereka tidak tahu pertanda apa itu. Degup jantung Hana tak beraturan. Ia merasa ada yang mengintai dari celah lubang kunci di pintu kamar mereka.

"Maling ayam masuk asrama ini keknya, Han. Gak tau kenapa, tapi kurasa dia ada di depan pintu kamar kita." Hasna Lily berkata dengan berbisik-bisik.

"Maling ayam? Gak ada yang miara ayam kok. Ngapain dimalingin?" Maryam berpikir keras. Dia akan tanyakan pada Adam, maka itu ia raih ponselnya. Akan tetapi sebelum ia mengetikkan sebuah pesan, masuklah pesan lain dari orang yang sama.

[From: Adam Hanan Ibrahim]

[Flower, jangan keluar dari kamarmu atau membuka pintu jika ada yang mengetuk. Ketahuilah, ada yang tidak beres dari suara di luar, kalau kau bisa mendengar suara ayam.]

Mata Maryam terbelalak, sementara Hasna masih bingung dengan maksud Adam yang juga ikut membaca pesan dari teman spesial sahabatnya. Ia menanyakan maksud pesan laki-laki itu.

"Suara ayam adalah suara sosok yang menjadi musuh manusia, Hasna."

Meskipun Hasna tidak tahu maksud Adam, tetapi ia memahami kalimat yang terlontar dari mulut Hana.

Segera ia melantunkan ayat suci Kitabullah Al-Qur'an bagian dari surat Al Baqarah.

"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyum."

Laa tak khudzuhu sinatuuw walaa naaum."

Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardh. Man dzal ladzi yasfa'u 'indahuu illaa bi idznihi, ya'lamu ma bayna aidiihiim wa maa khalfahum."

Waa laa yuhithuuna bi syai-in min 'ilmihi ilaa bi maasyaa-a. Wa si'akursiyus samaawaati wal ardh."

Wa laa ya-uddu'u hif zhuhuma wahual 'aliyul 'aziim."

Sementara Hana melantunkan tiga surat yang menjadi jantung Al-Qur'an. Awam disebut, tri-qul. An-Nas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas.

Sama seperti Hana, di tempat lain, Yusuf dan Adam juga membaca ayat kursi. Hanya saja mereka kompak merusak ayat itu itu dengan mencampurnya dengan surat Al-Kafiruun.

"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyum. Laa a'budu maa ta'buduun. Wa laa ....

"Tunggu dulu, Yusuf!"

Adam yang merasa ayat yang mereka lantunkan ada yang aneh, menghentikan Yusuf untuk melanjutkan.

Muhammad Yusuf menghentikan bacaannya.

"Baca surat yang lain aja, udah gak hapal lagi aku."

Jika ini bukan dalam kondisi mencekam, kedua laki-laki itu akan menertawakan kekonyolan mereka yang bodoh itu.

"Surat yang pendek dan manjur! Qul-qul-an!" usul Adam yang langsung disetujui oleh Yusuf.