Bagas tak tahan lagi mengingat kebahagiaan Audrey. Ia kerap menelepon di nomor Audrey tanpa sepengetahuan Attaruk. Intinya mengingatkan kesepakatan tentang perceraian dalam kurun waktu yang dijanjikan.
"Drey ... kau pertimbangkanlah tawaranku?" Ucapan Bagas tak bosan-bosannya mengingatkan kembali jati diri Audrey.
"Emang ... mas Bagas masih mau dengan Audrey? Bukankah dulu tidak menyukaiku lagi. Umpama sampah yang telah dibuang pantang dipungut kembali. Demikian juga ludah yang sudah dicecerkan, tidak akan dijilatin lagi," cetus Audrey dengan nada tegas, pertanda ada suatu penolakan.
"Baiklah, tapi aku tidak perduli dengan kata-katamu, Drey! Kamu harus konsekwen dengan janjimu," tandas Bagas tidak mau menerima pembatalan sepihak.
"Sudahlah, mas Bagas. Kita doain aja yang terbaik."
Bagas begitu ngotot tidak peduli apa yang ada dipikiran Audrey, yang penting kemauannya tercapai.