"Siapa namamu, dik?!"
"Mau gak ikut, mbak Gabriel?! " Ajak Gabriel pada cewek kumuh yang bernama Astrid. Ia kelihatan gadis baik baik dari tatapan bola matanya menggambarkan persahabatan. Adik itu tertunduk pilu, matanya menatap kosong ke depan. Ia tidak menyahuti pertanyaan gabriel, malah terusan sendu menahan pilu.
"Astrid anak yatim piatu, mbak. Sehari hari tidur di kolong jembatan bersama tuna wisma lainnya. Nanti mba malu punya keluarga seperti, Astrid yang dekil dan kumuh ini." Sahutnya tanpa jeda dengan perlahan lembut penuh rasa iba.
"Mba Gabriel, biar aja Astrid seperti ini," pungkasnya singkat dan penuh keyakinan. karena ia tidak mau menyusahkan.
Sepanjang hari merasa dihantui oleh pikiran jelek dengan setia mengganggu, apalagi selama mengenal Astrid yang tak berpunya. Bagas begitu menguatkan hati gabriel, ia bahkan tau apa yang diinginkan. Usapan-usapan halus berdesir menembus batas jiwa gabriel seorang wanita yang terabaikan akhirnya takluk juga.