Audrey kurang sehat dalam beberapa minggu ini. Ia sering bermimpi bertemu gabriel hingga berpesan menitip anak anaknya yang sudah mulai tumbuh remaja. Hanya Audrey sandaran yang dapat memegang amanah dan dapat di percaya.
Pipi audrey nampak memerah bagaikan memanas. Demam tinggi menyebabkan tubuhnya menggigil. Ibu mertua memberikan obat dari resep dokter. Hanya bumer punya inisiatip lain bermain main dengan nyawa menantunya yang tidak pernah klop sejak pertama mereka menikah.
"Audrey ..
Audrey!" teriak bumer seraya memanggilnya.
Bumer membawakan satu gelas minum dan obat obatan yang akan di minum ke mwnantunya itu.
"Minum obat, drey?"
"Iya bu, bentar lagi. Ibu taruh aja di meja situ!" katanya sembari menahan gemeretak rahangnya.
Bumer mengangkat bahu , sedangkan audrey gemetaran sampai terdengar suara merintih.
"Cepat di minum obatnya," titah bumer yang setengah memaksa.
"Apa perlu ibu cocol ke dalam mulutmu?" bentaknya dengan suara keras.
Stoopp ..Stoop, bu!