Hari-hari dia jalani seorang diri hanya berteman bik rum dan anak anak. Tiada lagi malam panjang yang menghiasi kamarnya. Tiada lagi obrolan manja dan kemesraan antara Bagas dan audrey.
Suaminya lebih mencintai pekerjaan dan target. Perusahaan terus membangun aset aset yang kepemilikannya ada di tangan mertua. Mas Bagas tidak kenal siang dan malam ia telah mabuk kerja untuk mengejar target sebuah kesuksesan.
Setiap malam dingin Audrey hanya meringkuk di bawah selimut dengan sabar menunggu suaminya pulang dan memberi cinta untuknya
Tak terasa udah begitu lama usia pernikahan bagas dan audrey. Suaminya itu hanya hangat di depan keluarganya dan dingin di depan Audrey.
"Ada apa lagi sih? Emang salah menantu ini di mana ya?" keluh Audrey bingung.
Sisanya Bagas bersama dengan Audrey seperti kambing congek yang tak berharga. Demikian perlakuan mertua yang selalu pilih kasih.
