Frans begitu marah tapi sedemikian rupa ditekannya luapan emosi pada gabriel. Kedua pasangan itu sama sama kusut dengan pikirannya masing masing. Dan membenarkan diri tanpa mau mendengarkan salah satunya.
"Selama ini kau bohongi aku, frans!"
"Kalau kau punya istri mungkin masih bisa aku menerimanya. Namun kini kau jeruk makan jeruk!" ulangnya lagi.
"Terserah kamu aja, briel!"
"Aku udah pasrah!"
Gabriel tetap pada pendirian menjauhi frans yang mempunyai hubungan tidak sehat itu.
"Iya ... Tidak ada jalan lain!"
Perpisahan itu sakit, tapi lebih sakit membiarkan diri dibohongi terus menerus.
"Aku tak ingin zalim pada diriku, frans!
"Pergilah, jangan memalingkan wajahmu kebelakang, agar langkahmu terasa ringan."
Baiklah!"
"Tunggu surat cerainya akan segera frans urus, ya!"
"Boleh, aku menciummu untuk yang terakhir kali?"
Ouhh ...ouuhh
