Gabriel hanya mematung diri, menyesali apa yang terjadi. Ia tidak pernah berpikir panjang dan hanya menuruti napsu semata. Suasana masa lalu masih tergambar hangat dan hidup.
Sebagai seorang ibu dan istri aku termasuk bahagia. Kutatapi foto foto mereka satu persatu dengan senyum gembira, lalu ku raih dan menangisinya. Tetapi tiba tiba raungan anak anak bergema nyata. menangisi kepergian orang orang yang dicintainya, siang dan malam hingga percuma saja membayangi masa lalu.
Hari itu, entah dorongan dari mana. Gabriel nekad menanggung malu pada mantan suami dan madunya itu. Ketika menengok anak anak hatiku bagai disayat pisau yang dibubuhi air jeruk nipis dan garam. Perih dan menciut bagai diremas remas.
Kudapati caca dan kembar yang sedang bermain main di halaman depan rumah. Mata mereka memandang ke jalanan tanpa berkedip. Rambutnya kusut dengan wajah murung tak seceria dulu. Apapun itu namanya seorang anak akan selalu ingin terus bersama ibunya kecuali maut udah memisahkan.