Raut wajah audrey terlihat berang, tetapi menahan emosi yang menggunung bukanlah cara yang mudah.
Audrey menatap wajah bagas yang kian menunduk menghindari tatapan kekecewaan audrey yang mendalam. Keputusasaan audrey tak membuat ia menyerah pada lelaki yang licik dan culas ini.
Audrey melangkahkan kaki dan ikut duduk di sofa di samping bagas. Tangannya memeluk tubuhnya sendiri, membuat audrey mendengus keras-keras.
"Sudah pernah bagas minta izin pada audrey waktu itu. Masa audrey lupa?" dalihnya singkat membela dirinya sendiri.
Audrey menggeleng.
"Bohong!" tuduhnya.
"Mungkin kamu sedang sakit waktu itu. Jadi gak mengingatnya lagi," Bagas membuat alibi membenarkan dirinya.
Keduanya duduk berdekatan tetapi tidak saling bertatapan. Bagas tidak pernah menerima kenyataan apalagi dipersalahkan dalam hal ini, walaupun jelas-jelas ia yang bersalah dan harus bertanggung jawab menyelesaikannya.
