Sekar menyeruput kopinya dengan keras. Sengaja agar perempuan yang tengah membaca majalah di depannya itu sadar kalau sedari tadi Sekar tengah menunggu jawabannya. Sementara Gina, dia seperti tidak peduli dengan pertanyaan ataupun kalimat panjang yang diucapkan Sekar padanya. Entah itu pertanyaan mengenai keputusan tentang apakah ia mau dimadu atau tidak, atau tentang beberapa keuntungan yang akan ia dapat ketika menyetujui tawaran Wijaya.
"Kamu ini dari tadi bolak-balik majalah mulu, dengar Mamah bicara nggak sih?" Sekar meletakkan cangkir kopinya dengan kuat hingga cangkir kaca itu bergememeluk dengan meja yang sama-sama terbuat dari kaca.
"Kalau kamu nggak mau, sama aja kayak kamu buang kesempatan emas buat bisa jadi orang yang lebih baik."