Laras tertidur pulas seusai menangis sampai matanya sembab. Hidungnya memerah seperti orang yang terkena flu, juga kepalanya yang terasa sangat pening. Hingga akhirnya Randi menyuruhnya untuk tidur di kamar laki-laki itu saja.
Randi memandangi wajah pucat Laras yang tengah tertidur pulas. Matanya sembab, namun, demi Tuhan, tidak mengurangi kecantikannya sedikitpun. Masih bersarang di hati Randi kalau dia benar-benar menyesal telah menyia-nyiakan perempuan ini. Andai saat itu dia berani mengambil keputusan sendiri, andai dia tidak takut dengan ancaman sang kakek, mungkin Laras masih menjadi miliknya.
Perempuan itu pasti masih bahagia sekarang, bukannya meringkuk lemah di atas ranjang dengan perban yang membalut kepalanya. Ingin sekali rasanya Randi memeluk tubuh ringkih itu, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang dia untuk waktu yang sangat lama.