Laras melangkah dengan terburu setelah menepis keras beberapa tubuh yang dirasa menghalangi jalannya. Dia berjalan tanpa arah, dengan amarah yang memuncak di dada. Kepalanya pening bukan main, telinganya panas bukan kepalang. Kekecewaan akibat gagal tes masih sangat terasa, ditambah lagi dengan kekesalan yang bertambah-tambah gara-gara manusia bermulut menyebalkan itu.
Laras tidak tahu akan ke mana kakinya melangkah. Yang ia tahu, ada banyak suara teriakan yang entah ditujukan kepada siapa, tepat sebelum semuanya terasa gelap gulita.
Kegelapan memeluknya, mendekapnya erat hingga tanpa sadar Laras kembali memasuki alam mimpi yang sama, persis seperti ketika dia mengalami keguguran beberapa hari ke belakang.
***