"Panji, apa maksudnya ini? Kamu jadiin dia sekretaris lagi tanpa sepengetahuan aku? Gila, ya, kamu sekarang." Laras jelas marah. Dia masih ingat betul bagaimana Gina merendahkannya saat Panji sakit. Dia mengaku kalau lebih tahu tentang Panji daripada Laras padahal Laraslah yang merupakan istri dari Panji. Laras memang bukan orang yang pendendam, tapi kalau perihal kepemilikan, dia tidak akan tinggal diam.
"Nggak gila, justru kamu yang gila kalau ngelarang Panji buat kerja bareng aku. Kamu kira mudah memimpin sebuah perusahaan besar tanpa campur tangan orang lain? Nggak, Ras. Jangan egois banget jadi perempuan. Kamu boleh marah atau benci sama aku gara-gara kehadiran aku yang mengganggu kadang-kadang, tapi apa kamu tega biarin Panji pontang-panting ngerjain tugas kantor seharian terus sendirian?" Gina angkat bicara. Dia terlalu muak dengan omong kosong Laras. Perempuan itu seolah menempatkan Gina dalam posisi yang salah, padahal jelas-jelas dialah yang salah.