Laras tersentak, namun sebisa mungkin dia menjaga ekspresinya agar tetap dingin. Panji duduk di samping Laras, menyeduh kopi hitam buatannya sendiri tanpa memperhatikan Laras yang sedari tadi memandanginya dalam diam.
"Maaf, tadi malam saya nggak pulang. Saya plang jam empat soalnya banyak pekerjaan yang harus dikerjakan. Maaf juga karena nggak ngabarin kamu, nggak sempet soalnya." Panji menurunkan egonya sendiri untuk berbicara lebih dulu dengan Laras. Meski dalam hati di amasih kesal dengan istrinya ini, tapi mau bagaimana lagi. Jika tidak ada yang mengalah, kemungkina mereka akan saling diam sampai tahun depan. Sebab Panji jug tahu, gengsi Laras itu cukup tinggi hanya untuk kata maaf saja.
"Ya, pasti ada Gina juga kan?"