Malam hari, keadaan Laras sudah membaik. Perempuan itu sudah bisa tersenyum menanggapi pertanyaan Widia maupun Panji. Meski sesekali dia masih memandang kosong udara tanpa kalimat yang terucap dari mulutnya. Panji bersyukur, Widia rela membuang waktunya yang sangat berharga hanya untuk menemani Laras sampai keadaan psikisnya membaik.
"Mau makan nggak?" tanya Widia ketika mereka berada di dapur.
"Mau, Mah." Laras menjawab. Dia juga merasa lapar karena tadi siang belum sempat makan.
"Laras mau masak nggak sama Mamah? Kita bikin nasi goreng kesukaan Panji, ya?" Laras mengangguk. Dia berdiri, menerima uluran tangan Widia untuk segera mempersiapkan bahan makanan.