Telepon genggam milik Richard Alexander berdering nyaring. Tapi CEO itu mengacuhkan panggilan masuk dari salah satu rekan wanitanya, yaitu Kimberly Robbins. Rasa sakit hati nya kemarin belum reda.
'Brengsek si Kimberly itu! Masih berani – beraninya dia menghubungiku setelah kejadian kemarin dia mempermainkanku seperti tikus di hadapan ayahnya.'
'Lihat saja aku akan membuat perhitungan dengan dirinya dan ayahnya yang sama – sama brengsek dan penggila harta itu! Mereka salah jika ingin bermain dengan orang gila sepertiku," Tunggu saja saatnya, akan kubuat perusahaan Robbins itu menjadi milikku. Apapun caranya!' batin Richard Alexander.
Richard hanya melirik pada telepon genggamnya yang terus berdering dengan nyaring itu. Membiarkan saja tanpa mengangkat panggilan telepon itu.
"Shit! Apa maunya wanita ini?!" guman Richard Alexander.