'Oh, tidak! Kenapa pria itu ada disini bersama Tuan Daniel Alexander?' batin Viona.
Wajah Viona berubah menjadi pucat pasi, ketika melihat seorang pria tampan dengan iris mata berwarna biru, yang kemarin ditemuinya di Hotel Ritz Carlton kemarin, kini ada di hadapannya.
"Nona Ryders, anda sudah datang rupanya," sambut Daniel dengan ramah.
"Richard, ini kandidat yang aku ceritakan padamu tadi. Dia adalah Nona Viona Ryders," terang general manager itu.
"Viona kenalkan ini Tuan Richard Alexander, CEO baru di perusahaan kita, penganti dari Sir Edward Alexander yang sudah pensiun tahun ini,"
"Selamat pagi Tuan Richard Alexander. Nama saya Viona Ryders, senang bertemu dengan anda," salam Viona.
Richard Alexander memandangi gadis berambut pirang yang berdiri di hadapannya dari atas sampai bawah dengan pandangan mata tajam. Kedua alis mata pria tampan itu bertaut.
"Tuan Richard ini, nanti akan menjadi atasanmu langsung," imbuh Daniel Alexander.
Deg! Mendengar penjelasan barusan, jantung Viona seakan berhenti berdetak. 'C-E-O? Pria menyeramkan itu CEO baru perusahaan ini? Dia juga menjadi atasanku langsung?! It hard to believe,' batin Viona.
"Jadi ini kandidat yang lulus dengan kualifikasi bagus dari Universitas Oxford itu?" celetuk Richard.
Richard Alexander kembali memandangi gadis berambut pirang yang berdiri di hadapannya dari atas sampai bawah dengan pandangan mata penuh selidik.
'Aduh, kenapa dia memandangku seperti itu sih?' batin Viona.
Viona menjadi sedikit risih, karena di pandang dari atas kepala sampai kakinya oleh pria tampan yang ia temu di hotel kemarin
Richard menghela nafas.
"Hey, Daniel. Kenapa kau tidak mencarikan aku sekretaris yang berpenampilan sedikit modis dan menarik?!" keluh Richard.
Mendengar keluhan kakak tirinya itu Daniel Alexander menjadi sedikit kesal, ia berusaha membela Viona.
"Aku rasa penampilan Nona Viona ini tidak terlalu buruk, Richard! Untuk masalah style itu hal yang mudah untuk diperbaiki. Lagipula, Nona Ryders ini memiliki kemampuan dan kualifikasi di atas rata-rata. Tolong anda pertimbangkan hal itu," jawab Daniel.
Di dalam hati, Viona merasa terharu karena dibela secara langsung oleh Daniel Alexander, atasan sekaligus pria favoritnya di kantor.
'Tuan Daniel, anda memang baik. You are my best,' batin Viona.
Richard Alexander menatap Viona dalam-dalam.
"Hmm, Let's see. Apakah kamu benar-benar memiliki kompetensi yang bagus seperti yang diceritakan oleh saudaraku ini," ujar Richard Alexander.
Mendadak bulu roma Viona meremang saat menatap kedua mata biru CEO barunya itu.
'Apa pria dingin dan mengerikan ini, saudara dari Tuan Daniel? Kepribadian mereka benar-benar bertolak belakang,' batin Viona. Gadis itu seolah tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja di dengarnya.
Suasana menjadi sedikit kaku.
Daniel yang tidak suka kekakuan ini, mencoba untuk mencairkan kembali suasana di kantornya.
"Oh ya, Nona Ryders. Apakah Nona Lewinsky menitipkan map berwarna biru kepada anda?" tanya Daniel dengan ramah.
Sapaan ramah sang general manager seakan membawa angin kesejukan bagi jiwa Viona Ryders. Secara sigap ia menyerahkan map biru yang ada di tangannya kepada Daniel Alexander.
"Oh, ini Tuan Daniel," kata Viona sambil menyerahkan map biru yang ada di tangan.
"Terima kasih," balas Daniel singkat.
Daniel menerima map biru, bertuliskan confidential itu kemudian mulai membuka dan mengeluarkan isinya. Membacanya sekilas lalu tersenyum kepada Viona.
Lalu memasukkan kembali dokumen ke dalam map, dan menyerahkan map biru itu kepada Richard Alexander.
"Besok anda, akan mulai bekerja dengan Tuan Richard Alexander di ruangan beliau. Di lantai 11," terang Daniel.
"Dan ini kartu khusus free pass atau kartu pasword untuk ruangan Tuan Richard," imbuh sang general manager sambil menyerahkan sebuah kartu berwarna perak ke tangan Viona.
"Maaf apa kegunaan kartu ini?" tanya Viona dengan polos.
Daniel tersenyum kemudian memberikan penjelasan singkat.
"Kartu itu untuk akses ke ruangan CEO di lantai sebelas. Seperti yang digunakan oleh Clara."
"Gunakan kartu itu dengan semestinya!" tegur Richard.
"Oke, Nona Ryders saya rasa cukup untuk hari ini," ucap sang general manager.
"Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai job deskripsi anda saya serahkan kepada atasan anda langsung, Tuan Richard Alexander," imbuhnya.
"B-baik, Tuan Alexander. Terima kasih banyak atas informasi dan kesempatan yang telah anda berikan kepada saya," balas Viona.
"You are welcome," balas Daniel dengan singkat disertai senyuman khasnya.
Hati gadis cantik itu merasa tenteram, setiap kali melihat senyuman hangat nan menawan dari Daniel Alexander.
Sudah sejak lama Viona mengidolakan Daniel Alexander. Tepatnya semenjak kuliah di Universitas Oxford dua tahun lalu.
Daniel Alexander adalah kakak kelas 2 tingkat di atasnya. Pada saat kuliah, Viona sering ikut klub yang sama dengan Daniel.
Dahulu Viona sering berharap untuk bisa menjadi pacar Daniel, tapi ia sadar perbedaan strata sosial yang terlalu tinggi tidak memungkinkan hal itu.
Kecerdasan dan kepribadian Daniel yang sopan dan ramah kepada siapapun membuat Viona terpesona. Meskipun, dari golongan keluarga bangsawan kelas atas Daniel tidak pernah sekalipun meremehkan atau bersikap arogan.
Selama ini Viona memendam dalam diam perasaan suka kepada Daniel Alexander.
Baginya bisa bekerja dalam satu perusahaan dan bisa melihat senyuman manis dari pria pujaan hatinya itu saja sudah lebih dari cukup bagi Viona.
"Nona Viona, kau sekarang bisa ikut ke aku ke lantai sebelas!" ucap Richard Alexander dengan tegas.
"Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan denganmu," imbuh pria itu.
Mendadak perkataan Richard itu, membuat Viona terkesiap. Menyadarkanku dari lamunan akan pesona sang general manager yang begitu membius hatinya.
"B-baiklah Tuan," jawab Viona dengan sedikit tergagap.
Pria gagah bermata biru itu, meletakkan ipad putih yang ada di tangan kanannya di atas meja kaca. Kemudian bangkit dari duduknya.
"Ok, Daniel. Aku pamit dulu ya," kata Richard Alexander dengan santai.
"Baiklah kak," balas Daniel.
Richard pun melangkahkan kakinya keluar ruangan general manager. Di belakangnya Viona mengekor sang CEO. Dari belakang gadis berambut pirang itu bisa melihat betapa lebar dan kokohnya bahu milik pria itu.
Viona berjalan di belakang Richard. Gadis itu mempercepat langkahnya untuk mengimbangi langkah lebar kaki Richard Alexander yang panjang.
Mereka pun keluar ruangan bersama menuju lift yang ada di lobi. Richard menempelkan free pass card pada sensor merah di papan panel lift.
Ting! Bunyi pintu lift yang terbuka. Richard masuk terlebih dahulu kemudian Viona berada di sebelahnya. Gadis itu sengaja menjaga jarak dengan sang CEO dengan berdiri di sudut lift sebelah kiri. Perasaan tidak aman.
'Aduh gawat aku sekarang berdua saja dengan pria ini,' batin Viona. Perasaannya sedikit gugup.
Ting! Pintu lift tertutup kembali. Richard pun menempelkan free pass card ke papan sensor berwarna merah di panel lift. Kemudian menekan angka 11 Lift pun berjalan.
Viona terkesima dengan, semerbak wangi dari parfum mahal milik Richard Alexander memenuhi ruangan lift. Aroma yang segar dan maskulin.
Richard bisa melihat pantulan bayangan Viona dari dinding lift yang seluruhnya terbuat dari kaca. Pria itu sekilas melihat wajah cantik dan polos gadis di sebelahnya.
Richard menatap ke arah Viona yang ada di sebelahnya."Oh ya, Nona Viona."
Suara Richard membuat cukup Viona sedikit terkejut. Bahu gadis itu sedikit terangkat, saat suara maskulin milik Richard Alexander menyebut namanya.
"Nona Viona, Boleh aku bertanya sesuatu kepadamu?" lanjut CEO tampan itu.