Wanita tua itu memberikan Agatha senyuman sebelum ia membereskan barang barang yang ada di mejanya, Garron terlihat bingung dengan situasi ini, sembari membawa barang barangnya wanita itu memasukkan barang barangnya di dalam sebuah tas, hal itu dilihat oleh Agatha membuat Agatha yakin wanita ini bukanlah keturunan bangsawan.
Wanita itu berdiri dengan menyandang tas nya, ia mendekati Agatha tepat disamping telinganya wanita itu berbisik, "Akan kuberitahu sebuah rahasia." terlihat wajah Agatha yang kebingungan sedangkan wanita itu melihatnya dengan senyuman. Wanita itupun keluar tenda disusul dengan ajakan Garron terhadap lainnya.
Semasa perjalanan wanita tersebut menyuruh mereka bertiga untuk diam dan tidak melihat kearah mana pun. Peringatan ditegaskan terhadap Anatha, "Biarkan aku yang membalas semua sapaan mereka, kita tidak akan melewati tempat gelap sebelumnya."
Dengan kepala yang tertunduk mereka hanya memberikan anggukkan atas perintah wanita itu. Memang benar, banyak sekali yang menyapa wanita tua ditengah tengah keramaian, Agatha merasa sedikit heran dengan kericuhan yang terjadi.
****
Tibalah mereka, setelah menjauh dari kerumunan, mereka tiba di sebuah jalan satu arah yang lumayan jauh dari pasar. Jalan tersebut mengarah ke sebuah desa terpencil, seperti desa tak berpenghuni, tak terlihat sedikitpun celah semua tertutup rapat, terutama pintu dan jendela, wanita tua itu melihat Agatha dan Anatha yang terlihat kebingungan dan keheranan, dengan iseng wanita itu bertanya, "Siapa yang menyuruh dua putri ini membuka penutup jubahnya, dan melihat kesana kemari? lihatlah Garron."
Seketika keduanya panik, mata bertemu mata lalu serentak melihat ke arah Garron, Anatha dengan jengkel berkata, "Perasaan tadi Garron buka juga deh, malahan kami disuruh sama Garron."
Dalam keadaan menundukkan pandangan Garron menahan tawa mendengar kepolosan dari Anatha, memang benar dirinya yang menyuruh Anatha melihat kesana kemari tapi ketika mendengar wanita tua itu ia ikut masuk dalam bagian rencana isengnya. Setelah kebingungan putri Agatha langsung berkata dengan wajah tegas, "Lagian disini sudah sepi kan? jika terus memakai jubah ini yang ada kami dicurigai." wanita itu pun tersenyum lalu berbalik, ia menyadari putri Agatha sangat suka ditantang dan merasa tertantang.
Setelah mendapat balasan hanya sebuah senyuman, Agatha terdiam sejenak disusul dengan Garron yang ikut membuka penutupnya, Anatha panik melihat Garron yang tiba tiba membuka penutup kepalanya sedangkan Garron tersenyum sembari mengelus kepala Anatha.
"Lepaskan tangan kotormu!" tiba tiba Agatha menghempaskan tangan Garron yang mengelus sembarangan kepala dari adiknya, Garron pun terdiam dan mereka melanjutkan perjalanan, hingga tiba di sebuah rumah yang menyatu dengan toko. Pintu besar dan panjang yang berukir banyak simbol simbol kuno, kali ini Anatha yang dibuat heran dan memegang satu persatu simbol yang terukir di pintu itu.
Melihat Anatha yang begitu penasaran wanita itu pun menegur Anatha yang asik melihat simbol tersebut, sembari membukakan pintu Agatha mulai memijak lantai dari rumah wanita itu, sedangkan Anatha masih saja menyisiri bagian bagian pintu luar, "Hei tuan putri, jika penasaran kau harus memasuki rumahku, pintu itu hanya berisikan jimat, tidak ada hal lainnya."
Anatha yang tertegun dengan sungkan memasuki rumahnya, rumah yang besar dan luas tapi wanita itu berkata ini bukanlah rumahnya ia memberitahu bahwa ini adalah toko yang dahulu ia rawat saat para warga desa masih tinggal di desa ini, "Lantas kemana pergi semua warga disini?" Agatha bertanya secara tiba tiba.
"Mereka sudah pergi ke pengungsian, kurasa mereka mendapatkan rumah baru. Disini hanya ada beberapa yang masih menetap setelah kejadian yang telah berlalu."
Mendengar jawaban dari wanita itu semua terdiam sampai sepanjang waktu memasuki rumah wanita itu, duduk di atas kursi kayu dengan ukiran khas terlihat sudah sangat berumur seperti pemiliknya, "Rumah ini sangat usang." gumam Anatha.
"Baiklah, kalian ingin dihidangkan apa? sebelum kita membincangkan rencana kali ini." tanya wanita itu dengan riang, ia berdiri di depan mereka bagaikan pelayan menyambut pelanggan.
"Kurasa air putih saja cukup, Anatha juga tolong berikan air putih saja." balas Agatha.
"Kurasa kedua putri ini suka kehidupan yang sehat ya, tunggu sebentar akan kubawakan air putih, eh Garron ingin apa?" langkah wanita itu terhenti ketika mengingat kehadiran Garron.
"Aku samakan saja dengan mereka, bibi."
Agatha menatap Garron setelah ia memanggil wanita tua itu dengan sebutan bibi, sedangkan Agatha memanggilnya wanita sihir, Agatha segera memalingkan pandangannya ketika Garron selesai berbicara meski di dalam hatinya bertanya tanya "Mengapa Garron memanggil temannya bibi?"
Minuman pun datang, hal itu tak dipedulikan oleh Anatha yang masih sibuk dengan memperhatikan ukiran ukiran di setiap sudut rumah, itu menjadikan dirinya pusat perhatian, saat Agatha ingin menengurnya ia malah ikut terpana dan memperhatikan lagi dan lagi, wanita itu pun tersenyum dengan sedikit menertawakan tingkah mereka berdua layaknya bocah yang baru sekolah, suara tawa wanita itu mengusik mereka sehingga Agatha menatap tajam kearah wanita itu.
"Ah ...., maaf jika kalian terganggu, silahkan lihat lihat semua disini gratis kok, hahaha."
Setelah melihat lihat meski belum puas Anatha terpaksa masuk kedalam topik yang mereka tuju dengan tegas tanpa rasa sungkan Agatha mempertanyakan kelanjutan dari rencana kali ini, "Lalu apa yang akan kita lakukan di rumah tua ini?"
"Rumah ini memang tua, tapi ingatan di sini tak akan memudar, sebelumnya salam kenal untuk kedua putri cantik yang berada di depan saya, kenalkan namaku Lilith panggil saja Lilith jika kalian memperhatikan ku sedari tadi, aku adalah seorang peramal di desa ini, tapi ...., kalian akan mengetahui sebuah rahasia, tentunya nanti tidak sekarang, hahahah." mencoba meramaikan suasana, tapi hanya dia yang tertawa.
"Oke, ku panggil wanita sihir saja, lalu katakan jika dirimu bukanlah seorang bangsawan jika iya sedikit meragukan untuk di teruskan, aku takut kalian berdua berkelompok untuk menghancurkan kami." tiba tiba Anatha berkata sedemikian rupa sampai membuat semuanya terdiam.
"Putri yang satu ini memang berbeda kurasa kalian kembar dengan wajah yang mirip, hanya wajah. Sikapmu sangat intens dan kritis untuk putri seumuranmu, siapa namamu nak?"
"Namaku putri Agatha tak akan kuberitahu lengkapnya, lalu ini adikku putri Anatha dia sangat ahli dalam sihir."
"Sangat mencolok sekali aura adikmu dia benar benar terlihat ahli dalam sihir, apakah dia akan meneruskan ibumu? haha, siapa yang tau, baiklah kupanggil putri Agatha dan Anatha ...."
Agatha tiba tiba memotong pembicaraan wanita itu, ia merasa emosi setelah mendengar ibunya yang terus dibawa masuk dalam pembicaraan, "Jika kau terus meledek ibuku aku tak sungkan untuk menghancurkan hidupmu. Ratu bukanlah candaan!"
"Maaf jika tersinggung tapi aku tak bermaksud apapun menghina guruku ...., em maksudku ibu ratu, lalu kehadiran kalian sampai menemuiku apa yang sebenarnya kalian cari?"