Chereads / PRIA AROGAN / Chapter 4 - Pria Dengan Luka Sabetan

Chapter 4 - Pria Dengan Luka Sabetan

"Lia! Berapa nadi dan napas pasien?"

"Nadi seratus dua puluh, napas tiga puluh dua, saturasi sembilan puluh empat, Dok!"

"Sudah dikasih Oksigen?"

"Ini baru dipasang, Dok! Tiga liter kan ya?"

"Iya. Coba dulu segitu. Kalau saturasi tidak naik, lapor lagi ya! Hasil labor gimana?"

"Darah nya baru saja diambil, paling cepat lima belas menit lagi baru keluar hasil nya, Dok."

"Ya, udah. Nanti kalau hasilnya keluar, jangan lupa lapor!"

Amalia mengangguk, walau hanya kepada punggung sang dokter jaga yang sudah menghilang di balik tirai untuk memeriksa pasien lain.

Gadis itu mengelap keringat yang bercururan di kening nya. Hampir delapan jam ia tidak sempat untuk duduk atau sekadar meluruskan kaki nya yang terasa pegal.

Pasien yang datang beruntun, ditambah ia harus merawat seorang pasien aneh dengan luka sabetan di punggung nya.

**

"Kamu hebat, bisa sabar menghadapi pria itu!"

Sebuah tepukan mengejutkan Amalia yang sedang berganti pakaian di ruang ganti.

Blam.

Ia menutup loker sambil melempar senyum ke arah rekan nya itu. "Yah! Mau gimana lagi, daripada gua disambet samurai ... Hiiii!" Lia bergidik, melangkah ke arah kaca di dinding untuk memperbaiki riasan nya.

"Yah. Untung luka nya tidak begitu dalam. Masih bisa dijahit di sini, ga perlu ke ruang operasi," timpal rekan nya lagi.

"Iya ... tapi gua harus berdiri, ngejahit itu luka berjam-jam!" Lia membubuhkan lipstik matte berwarna peach di bibir penuh nya. "Mana ga boleh pake asisten, lagi!" sungutnya.

"Iya, sih. Bener. Elo udah jadi pilihan orang itu saat pertama muncul di depan pintu IGD. Tapi cowok itu ganteng dan cool, kan?!" seringai sang rekan.

"Au ahh! Mana sempat gua merhatiin doi! Pas dia datang, gua udah panik duluan melihat darah nya yang berceceran di tambah samurai yang diacungkan ke semua orang. Mana dia pake narik tangan gua lagi!"

"Hihi. Iya bener. Kalo diingat-ingat, emang lagi horor tadi pagi. Pasien membludak, semua pada sibuk, eh ... ada preman ganteng bersamurai yang membuat heboh. Pinjam ya!"

Sang teman merampas lipstik dari tangan Lia dan menyenggol tubuh nya hingga posisi sang teman sekarang di depan kaca.

Amalia menghela napas dan mengalah. Ia mengambil tas selempang nya sambil mengucir rambut ikal nya. "Yah ... resiko kerjaan kita, kali!"

"Hu-uh." Sang teman mengangguk. "Eh. Elo lagi kencan ama cowo ya?"

Amalia dan sang rekan saling pandang melalui kaca. Wajah nya menghangat dan sebuah senyum malu-malu pun muncul.

"Aih ... aih. Akhirnya sang primadona IGD punya kekasih! Ganteng ga? Anak mana? Gua kenal?"

"Ish!!" Amalia merampas kembali lipstik dari tangan sang rekan. "Mau tau aja! Gua pergi dulu! Bye!!"

Blam.

Amalia menutup pintu ruang ganti sambil tersenyum sumringah melangkah ke arah parkiran.

Sebuah lambaian di ujung tempat parkir membuat jantungnya berpacu kencang. Adelio Anggoro -kekasihnya- sudah berdiri di samping kendaraan yang telah menjadi saksi awal hubungan Amalia-Adelio.

Amalia pun membalas lambaian pria tampan itu. Dengan bersemangat.

"Kita jalan?!" sapa sang pria sambil membuka kan pintu mobil buat Amalia yang sedang berbunga-bunga.

Ya iya lah! Kalau enggak jalan, mau apa emang?

Haha. Amalia hanya bersuara di kepala tanpa mampu untuk menjawab. Ia hanya tersenyum malu, seperti anak remaja dimabuk asmara. Masuk ke dalam mobil, lalu duduk manis di kursi penumpang sambil mengenakan seat belt.

Adelio pun menutup pintu saat tubuhnya sudah duduk di kursi kemudi. "Bentar, ya!" Sebuah panggilan telepon menghentikan lengan nya yang hendak memasukkan persneling. "Apa kalian sudah menemukan nya?"

Sekilas Amalia dapat melihat raut wajah Adelio berubah. Barisan alisnya yang rapi tampak melengkung. Pandangan nya menatap tajam ke depan.

Jemari Amalia saling bertaut di balik tas di pangkuan nya. Bunga-bunga yang tadinya seakan bermekaran di sekelilingnya mendadak membeku dan menghilang. Aura dingin pun mulai terasa.

"Temukan secepatnya! Tidak akan sulit menemukan pria dengan sabetan pedang di kota ini. Cari di semua Rumah Sakit!"

Sabetan pedang?

Amalia tidak bisa mengendalikan dirinya yang terkejut untuk menatap tajam ke arah Adelio.

Tatapan keduanya pun bertemu.

Dan Adelio...

Pria itu menyadari arti tatapan sang pacar.

"Bentar!" Adelio menutup telepon.

Beberapa saat udara di sekeliling keduanya membeku saat mereka saling tatap.

"Jangan bilang kalau barusan ... di Rumah Sakit ini ada pasien luka sabetan?!"

Amalia pun menelan ludah.

Bersambung...