Chereads / Si Ratu Halu / Chapter 2 - Kampus

Chapter 2 - Kampus

Kampus

Universitas Negeri Jakarta, kampus yang sangat populer juga banyak dari kalangan atas yang menempuh pendidikan di dalam negeri karena tidak semua anak Indonesia yang memiliki keuangan yang cukup melanjutkan pendidikan nya di luar.

Kampus ini memiliki banyak fakultas, dan kini gadis berkaca mata dengan rambut yang di kucir bagai kudu tersebut akan memasuki ruangan.

BRUKH!!!

"Aw!" Pekik Sisi kesakitan, pasalnya dia telah di tabrak seseorang.

"Kalau jalan tuh, lihat lihat! Pakai kaca mata tapi jalan pakai dengkul." Hardik pria tersebut seraya melayangkan tatapan elang bagaikan akan menerkam mangsanya.

Steven! Ya nama itu adalah nama yang selalu Sisi lontarkan pada teman teman nya dan berharap suatu saat dia bertemu dengan orang itu dan yang di hadapan Sisi sekarang adalah pangeran tampan yang selalu Sisi menginginkan nya.

Gadis itu mematung tidak percaya dirinya bertemu dengan sang pujaan hati kehaluannya.

"Ma-maaf." Sisi terbata, dia yang masih tidak percaya itu masih belum tersadar dari lamunannya.

"Si? Are you okay?" Tanya Sintia, sahabat sekaligus teman satu fakultas yang menemukan Sisi dalam keadaan mematung juga mangap.

Sintia melambaikan kelima jari jarinya itu di hadapan wajah Sisi namun gadis itu masih belum tersadar juga.

Satu menit kemudian Sisi tersadar.

"Steven, mana?" Tanya gadis itu membuat Sintia mengerutkan kedua halisnya, mulai deh ini anak pikir gadis itu.

"Tidak ada Steven, Sisi. Sadar dong jangan menghayal terus." Geram Sintia yang tidak suka jika sang sahabat terus terusan menghayal dan bahkan mungkin itu tidak akan bisa jadi kenyataan.

Yessi saja primadona kampus tidak bisa mendapatkan hati Steven apalagi Sisi gadis sederhana jauh dari kasta kelas kakap seperti mereka pikir gadis itu lagi.

"Tadi ada, Tia.... Kali ini gue gak menghayal, bahkan Steven nabrak gue." Orang lain kalau di tabrak pasti marah marah tapi berbeda dengan gadis sederhana yang memakai kaca mata itu seakan bahagia lihat saja ekspresi nya saat ini membiarkan lengan yang tertabrak seseorang itu dia usap usap.

Sintia hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan konyol sang sahabat lalu menyeret Sisi untuk segera masuk ke dalam kelas karena dilihat Sintia dosen sudah berjalan ke arah kelas mereka.

***

*Kantin Kampus.

Lima orang mahasiswa yang kini tengah makan siang di kantin termasuk orang orang tampan di sana membuat para gadis yang ada di kantin tidak bisa mengedipkan mata.

Mengapa tidak, mereka begitu terpesona oleh mahasiswa mahasiswa itu dan lebih tepat nya di sana ada sosok laki laki tampan bak dewa yunani.

Namun perhatian mereka seakan teralihkan dengan kedatangan seorang mahasiswi yang katanya primadona di kampus.

"Eh, liat tuh si Yessi sok kecantikan banget ya." Bisik salah satu mahasiswi itu seraya makan mie ayam di kampus.

"Liat tuh, Steven juga ogah kali kalau cewek nya nyosor nyosor duluan." Jawab teman satunya lagi.

Mereka semua saling berbisik membicarakan Yessi primadona kampus.

Wajah cantik, rambut ikal di bawah juga tinggi badan bak model namun sayang sifat nya tidak sesuai dengan wajahnya yang cantik.

Yessi yang selalu merendahkan orang lain juga suka menghina apalagi membuat keributan dengan orang yang mengusik dirinya.

"Steven! Aku itu kurang cantik apa sih, aku itu suka sama kamu." Teriak Yessi yang tidak terima dirinya di tolak mentah mentah oleh laki laki yang dia sukai itu.

"Sorry, tapi gue gak suka cewek kaya elu." Dengan santainya Steven berlalu meninggalkan Yessi yang mematung sekaligus geram terlihat dari rahang yang mengetat juga tangan mengepal menahan amarah sekaligus malu.

Bagaimana tidak, dia di tolak mentah mentah oleh Steven pangeran tampan bak dewa yunani tersebut di depan banyak orang.

Sorak suara di kampus membuat Yessi merah padam menahan amarah juga malu, lalu dirinya pergi meninggalkan kampus dengan kedua sahabat nya yang selalu menjadi kacung nya Yessi.

***

"Eh, ada keributan apa sih di kantin? Sampai heboh gitu deh." Tanya Sintia pada mahasiswa yang lewat di depan dirinya.

"Oh, itu Yessi di tolak mentah mentah sama si Steven." Jawab gadis itu seraya terkekeh mengingat primadona kampus di tolak mentah mentah oleh orang tertampan di kampus mereka.

Sisi juga Sintia ikut tertawa mendengar hal itu namun kini Sisi yang mulai dengan kehayalan tingkat dewanya.

"Kalau gue yang nembak mungkin tuh si Steven bakalan terima gue deh, secara ya ganteng sama jelek itu perbandingan yang sempurna loh, Tia..."

"Serah, elu deh!" Sintia meninggalkan Sisi dengan berjalan lebih dulu dari sahabatnya itu.

Sisi terkekeh namun tak ayal dirinya pun berlari menyusul sang sahabat untuk menuju kantin pasalnya sedari tadi perut mereka sudah berbunyi meminta jatah untuk segera di isi.

"Mau makan apa, Si?" Tanya Sintia ketika mereka sudah berada di kantin kampus.

"Gue, siomay aja deh. Minum nya biasa es jeruk aja." Jawab gadis itu lalu duduk di kursi dekat stand siomay.

Keduanya duduk di sana menunggu pesanan mereka datang.

Sambil menunggu pesanan datang kedua nya sama sama memainkan ponsel mereka masing masing betapa kagetnya mereka berdua beredar sebuah video dimana sang pangeran tampan itu tengah menolak Yessi primadona di kampus.

"Gilaaa, si Steven berani banget ngatain kalau dia gak suka cewek kaya si Yessi." Ujar Sintia.

"Kurang apalagi sih dari Yessi, dia itu cantik, tubuhnya kaya model uda gitu kelurga nya kaya raya." Tambahnya lagi.

Sementara Sisi gadis itu hanya sibuk memakan siomay setelah beberapa menit yang lalu makanan mereka di antar kan.

Meskipun jari jari lentiknya itu sambil bermain ponsel.

"Ya, mungkin Steven suka nya sama gue. Tia... Gue cantik, imut, rajin nabung juga tidak sombong." Pongah Sisi yang mendapatkan gelak tawa dari sahabatnya.

"Tidak mengakui banget sih, kalau sahabatnya itu cantik." Cibir Sisi, gadis itu memutar bola matanya jengah.

"Bukan begitu, Sisiku sayang... Kamu memang cantik tapi terlalu percaya diri jika Steven menyukai kamu." Lagi lagi Sintia tertawa lepas menertawakan hayalan sahabatnya itu bisa bersanding dengan pangeran tampan.

"Awas aja kalau itu semua terjadi!" Ancam Sisi, membuat Sintia tidak berhenti menertawakan gadis di hadapan nya.

Mungkin bagi Sintia tidak mungkin gadis seperti Sisi yang mempunyai latar belakang yang sederhana mendapatkan keajaiban bisa bersanding dengan Steven kelas kakap dan yang mempunyai yayasan di kampus tersebut.

Namun jangan lupakan keajaiban tuhan pasti selalu ada dan tidak ada yang tidak mungkin selain kerja keras juga usaha.

Seperti hal nya dengan Sisi gadis itu memang sederhana akan tetapi dari kesederhanaan nya itulah yang membuat gadis itu berbeda dari gadis kebanyakan di dunia.

"Sisi," Panggil seseorang membuat keduanya kini menoleh pada orang yang memanggil nama Sisi.

Bersambung..