Chereads / Si Ratu Halu / Chapter 3 - Di Paksa Bertunangan

Chapter 3 - Di Paksa Bertunangan

Di Paksa Bertunangan

Di rumah mewah tepatnya di sebuah ruang makan mewah terdapat seorang pria paruh baya kini sedang menunggu kedua cucu juga anak anaknya untuk makan malam.

"Selamat malam, Pa." Sapa Leoni menantu perempuan pertamanya.

Wanita itu duduk di sebelah kanan pria paruh baya yang duduk di kursi tunggal, pria itu hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban dari sapaan sang menantu.

Di susul anak pertamanya David lalu duduk di sebelah Leoni sang istri.

Tidak lama kedua anak Bram Pramudya itu datang bersama istrinya.

"Dimana anak anak kalian." Tanya Bram dengan suara berat namun masih lantang juga gagah mampu membuat debaran jantung siapa saja bergetar.

Kedua putra juga sang menantu hanya bisa saling tatap menatap tidak tahu keberadaan anak anak mereka.

"Aku di sini, opa. Maafkan Steven baru pulang kuliah." Tiba tiba saja Steven menghampiri sang kakek juga kedua orang tua serta om dan tantenya.

"Kuliah macam apa, Stev! Jam segini baru pulang?" Hardik sang opah membuat keheningan di ruang makan mewah tersebut mengambil alih.

"Biasalah opa, anak muda... Opa kaya gak tau anak muda jaman sekarang saja." Jawab pria muda tersebut dengan santai, namun sang kakek hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan sang cucu seperti itu.

"Steven, baru saja melakukan balap liar lagi, opa." Adu Tiyo pada sang kakek membuat pria itu menatap sepupunya itu tidak suka.

"Ck! Dasar kang adu." Gumam Steven yang masih terdengar oleh kedua orang tua Steven, dan mereka hanya bisa menempelkan telunjuk di bibir agar Steven tidak membantah.

Para maid di rumah mewah tersebut melayani juga membawa hidangan yang baru saja mereka selesai masak ke atas meja makana dan di suguhkan pada tuan rumah.

Makanan makanan di sana sangat mewah juga sangat lezat karena sang opa Bram Pramudya mempekerjakan satu orang koki terbaik di restoran untuk menjadi kepala maid juga khusus memasak makanan untuk mereka makan.

Wow! Amazing ya, dimana ada koki di pekerjakan di sebuah rumah jika bukan di keluarga Pramudya.

Setelah beberapa menit selesai makan malam bersama kini sang kakek menyuruh mereka untuk tidak meninggalkan ruang makan terlebih dahulu karena akan ada pembahasan serius termasuk kedua cucunya.

"Steven." Panggil sang kakek membuat pria muda itu menoleh juga mengalihkan perhatian nya dari layar ponsel.

"Kamu, beberapa hari lagi kamu akan bertunangan!"

Deg

"Tunangan dengan siapa, pa?" Kali ini David yang bertanya, anak pertama Bram.

"Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, David."

"Tapi, pa." Ini suara Leoni, yang tidak sependapat dengan sang papa mertua juga suaminya.

David menoleh pada sang istri lalu menggelengkan kepala berharap sang istri tidak mengeluarkan pendapatnya untuk saat ini.

"Kenapa harus aku, opa? Kan ada masih ada Tiyo." Tolak Steven mentah mentah, dirinya masih muda kenapa harus cepat bertunangan dan yang pasti tunangan nya siapa, dan kenapa tidak membicarakan nya terlebih dahulu.

"Karena cucu pertamaku adalah kamu, dan kamu harus segera bertunangan dengan cucu kerabat opa." Jawab pria paruh baya itu.

"Engga! Aku tidak mau, enak saja aku duluan bertunangan lalu Tiyo bisa sepuasnya bermain main dengan tenang tanpa tunangan atau ikatan apapun."

"Opa juga sudah menyiapkan calon untuk Tiyo, tapi untuk saat ini kamu terlebih dahulu, Steven! Jika kamu menolak. Semua fasilitas kemewahan akan opa tarik." Ancam sang kakek membuat pria itu tidak suka, lalu pria paruh baya itu pergi dari ruang makan menuju kamarnya.

***

Sementara di waktu yang sama di rumah sederhana dengan penerangan yang cukup minim itu terdapat sebuah keluarga yang kini makan malam bersama.

"Kakek, apa kakek tidak salah mau aku bertunangan dengan usiaku yang baru mau menginjak 19 tahun?" Tanya Sisi tidak percaya jika sang kakek memintanya untuk bertunangan dengan seseorang.

"Tidak Sisi, kakek kamu hanya ingin membuat balas budi dari sahabatnya yang sangat baik, untuk itu kamu di minta bertunangan dengan cucunya juga." Kini sang ibu sang menjawab dan menejelaskan.

"Apa, Em.. Setelah bertunangan lalu menikah?" Tanya Sisi ragu ragu.

"Tentu saja, namun pernikahan itu kita tunda beberapa bulan kemudian setelah pertunangan, Si." Jawab sang ibu lagi.

Sisi yang memang tidak bisa menolak keinginan orang tua juga sang kakek untuk itu dia bersedia jika membuat sang kakek juga sang ibu itu bahagia.

Tidak tahu dengan siapa Sisi akan bertunangan juga tidak tahu siapa orang yang akan menjadi tunangan nya gadis itu sama sekali tidak bertanya karena tidak tertarik dengan topik tunangan tersebut.

Sisi yang masih mau melanjutkan pendidikan setelah lulus dari universitas jakarta tersebut namun mimpi itu dia harus buang jauh jauh setelah mendengar dirinya akan bertunangan dengan orang pilihan sang kakek.

"Si, kalau kamu menolak siapa yang bisa menggantikan posisi kamu? Kakek tidak bisa membalas kebaikan sahabat kakek jika bukan dengan cara ini, kita tidak punya uang banyak. Si..."

Sisi menoleh melihat mata renta itu dengan penuh harap pada dirinya agar mau bertunangan dengan pilihan sang kakek meskipun dalam hati Sisi tidak mau dan menolak pertunangan ini namun dirinya tidak berdaya melihat sang kakek seperti memohon.

"Kek, aku bersedia kok. Kakek tenang aja ya.. Jangan pikirin soal ini lagi," Jawab Sisi memegang penuh sayang juga kelembutan pada sang kakek.

Pria paruh baya itu menganggukkan kepala lalu tersenyum tanda berterimakasih pada sang cucu.

Beberapa menit setelah mereka menyelesaikan makan malam juga obrolan seputar pertunangan tersebut kini gadis itu berada di dalam kamar sederhana hanya terdapat tempat tidur yang cuma muat satu orang saja.

Gadis itu melamun memikirkan masa depan nya yang akan bertunangan lalu menikah muda, mungkin pikir dirinya.

Sementara dia sudah berangan angan akan melanjutkan studi nya sambil bekerja setelah lulus S1 di universitas tersebut tapi itu semua hanya mimpi belaka yang tidak pernah akan terwujud nantinya jika dia sudah bertunangan.

"Seandainya tunangan aku, Steven... Aku sih gak akan nolak." Gumam gadis itu seraya terkekeh kembali dengan halusinasinya.

***

Pagi telah tiba kini Steven tengah bersiap akan mengemudikan mobil mewah milik dirinya untuk pergi ke kampus maun tiba tiba saja dari arah kiri Tiyo sang sepupu tanpa di persilahkan membuka pintu mobil dan duduk di sebelah dirinya.

"Eh, ngapain lu ikut mobil gue!" Hardik Steven sinis.

"Aduh, Stev. Pelit amat sih elu jadi orang... Gue ikut sampai kampus, mobil gue masuk bengkel." Jawab pria muda itu yang usia nya terpaut beda 3 tahun dengan Steven.

"Gue gak mau tau! Elu turun dari mobil gue, cepetan bocah!"

"Gue aduin opa lu ya, baru tau rasa lu!" Tiyo yang terpaksa keluar lagi dari dalam mobil milik sang kakak sepupu tersebut.

Tidak mendengarkan ocehan anak SMA itu Steven menginjak pedal gas keluar dari garasi mobil.

Sepanjang perjalanan menuju kampus pria itu memikirkan obrolan keluarga nya bersama sang kakek yang mengharuskan dia segera bertunangan dengan cucu pilihan kakeknya sendiri.

Pria itu terlihat frustasi pasalnya dia yang memang belum mempunyai kekasih dan masih trauma dengan masa lalu nya kini harus bertunangan dengan orang yang sama sekali dia belum tahu gadis seperti apa yang akan bertunangan dengan dirinya.

"Kalau cantik, bolehlah... Lah kalau sebaliknya gimana tuh. Tapi kenapa opa harus aku bertunangan?"

Bersambung...