Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Splendid Of Memories

🇮🇩SuperKMid
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3k
Views
Synopsis
Tahun 2187, dimana dunia sudah berada diambang kepunahan akibat amukan sekumpulan monster raksasa bernama Sincelery dan hanya tersisa satu bagian bumi bisa ditinggali dengan aman serta nyaman. Birth. Namun, mereka semua dapat bertahan hidup karena sekelompok manusia yang tersisa mencoba mengurangi populasi monster Sincelary. Kazeyuki adalah salah satu anggota termuda dari kelompok itu. Akankah ia mampu mengatasi hal pertama sebelum ikut serta dalam rencana super besar itu yang digadang-gadang telah berjalan selama sekitar 10 tahun.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Manusia tidak akan pernah berada pada ambang kepunahan, sampai kapanpun.

Mereka bukanlah mahluk yang mudah menyerah hanya karena melihat keputusasaan dimana-mana.

Iya, sifat para manusia adalah ingin terus hidup tanpa mempedulikan mau sebanyak dan sekuat apa penderitaan yang datang.

Itulah sifat murni mereka.

***

Ini adalah, era dimana monster dengan 'Code Name' Sincelery muncul serta meratakan seluruh belahan bumi manapun.

Akibat serangan besar mereka.

Sekarang bentuk permukaan bumi telah banyak berubah.

Benua Eropa, Afrika, Australia dan Amerika serta Samudera Pasifik pun ikut terkena dampak.

Ketiga benua itu dikabarkan telah menyatu bersama Amerika menjadi satu daratan utuh entah apa bentuknya.

Samudera pasifik pun dikabarkan semakin tinggi sehingga sekitaran Benua Oceania beserta Asia Tenggara ikut terendam secara mutlak tanpa sisa.

Sedangkan, sisanya telah dihuni oleh Monster Sincelary tersebut berjumlah puluhan ribu.

Monster itu digambarkan sangat mengerikan.

Berbentuk seperti ciri tubuh harimau, namun mempunyai ukuran sekitar 10 meter dan tinggi 1 meter untuk ukuran dewasa.

Mempunyai kepala menyerupai serigala, tapi berwarna hitam pekat serta cakar yang memiliki sebuah racun mematikan di setiap sisinya.

Belum dihitung, indukan atau anakan sekitar berapa besar.

Dikenal dengan mahluk agresif yang tak takut mati.

Mereka berkarakteristik yaitu, dapat berlari sekitar 200 km/jam, lalu tahan terhadap berbagai senjata api, dan terakhir takkan mati sebelum seluruu badannya hancur tak tersisa.

Jadi, bisa dibilang Sincelery sekarang adalah mahluk di Bumi dengan kemampuan regenerasi super cepat.

Wajar manusia bisa punah secepat itu.

Akan tetapi, selain tiga hal tadi.

Indera penciuman Sincelery sangat tajam serta dapat menyentuh radius kurang lebih 2 km.

Mengenai populasi Bumi

Kini hanya tersisa satu belahan Bumi yang layak ditinggali oleh manusia, walaupun hidup berada dalam sebuah benteng berukuran kurang lebih 5 km.

Daratan bernama Birth.

Sebuah daratan seluas kurang lebih 40 km yang menyerupai bentuk kelopak bunga ini dikelilingi oleh sebuah lautan luas.

Berada di timur negara Jepang dengan jarak kurang lebih sekitar 1000 km.

Banyak ras dan suku dari beberapa belahan bumi tinggal disana.

Populasi di pulau Birth hanya diantara 5.000 - 10.000 orang saja.

Akan tetapi, disana teknologi berkembang sangat pesat dan mampu mengalahkan sekelompok Sincelery dalam jumlah banyak.

Mereka terdiri dari 5 orang dengan peran berbeda.

Setiap orang memiliki peralatan berbeda tergantung peran.

Memories.

Sebuah kekuatan dari hasil sebuah teknologi mutakhir, yang dimana terdapat 5 peran kekuatan berbeda untuk setiap keinginan individu.

Yaitu,

Tanker.

Healer.

Sorceress.

Breaker.

Destroyer.

Terdapat beberapa kelompok terkenal Memories dengan kode nama berbeda.

Stardust.

Hazard.

Arkangel.

Kelompok tersebut adalah kelompok terkuat dengan urutan 3 besar karena prestasi sangat cerah.

Mereka sangat dikenal oleh masyarakat akibat, pembasmian Sincelery di sekitar daratan pulau Birth.

Sekarang populasi monster tersisa beberapa puluh kelompok lagi.

Setiap kelompok Memories memiliki nama yang berbeda tergantung kesepakatan anggota.

Banyak juga kelompok Memories baru ikut membantu dalam rencana pembasmian Sincelery.

Para ilmuwan serta pakar teknologi telah bekerja sama untuk saling bertukar pilihan dan informasi untuk mengembangkan beberapa senjata kuat agar Sincelery dapat dimusnahkan.

Walaupun, butuh pengembangan dalam kurun waktu paling cepat satu tahun setidaknya mereka dapat membantu meringankan beban para Memories lain.

Sudah 10 tahun sejak rencana percobaan membasmi Sincelery yang ada di sekitar daratan Birth.

Memang tak mudah, ada banyak juga korban telah menjadi makanan Sincelery akibat beberapa hal seperti sebuah kejadian tak terduga di tkp, kesalahan strategi atau sampai adanya campur tangan cuaca yang tiba-tiba berubah.

Kini, pemerintahan pusat Birth.

Yakni, Athena.

Membuka kembali kelompok pembasmian Sincelery setelah 5 tahun tidak menambah kelompok lagi.

***

Di sebuah minimarket kecil, terlihat sesosok pemuda berambut spiky kuning cerah, dengan wajah ala-ala orang eropa disertai sedikit tampilan baby face, dan agak pendek sedang menonton berita.

Berdiri di balik meja kasir seluas 1,5 meter.

Memakai sebuah seragam warna serba hijau sebagai tanda khas kalau ia adalah seorang karyawan.

Berita di tv menampilkan telah dibuka kembali kelompok pembasmian Sincelery untuk yang kesekian kali.

Pemuda itu menghembuskan nafas panjang satu kali, kemudian seperti tidak mood menonton berita tersebut.

Sambil menggerutu dalam hati.

"Iya, orang mana sih yang mau bergabung hanya untuk mati?" tanyanya sambil tertawa sejenak karena merasa geli.

Pemuda itu kembali melirik berita.

Dan, berpikir sekali lagi.

"Tapi, aku ingin bergabung. Hanya saja, karena aku tidak punya teman..., ya sudahlah!" katanya agak kesal.

Tak terasa jam berdering di balik kasir minimarket.

Seragam pemuda itu secara instan nan otomatis berganti dengan sendirinya, lalu ia memakai pakaian coklat cerah dengan dalaman baju hitam dan jubah hitam tanpa tudung serta celana hijau agak pendek.

Beberapa lembar uang warna coklat kehitaman muncul di genggaman tangan kanan pemuda tersebut dan dia pun keluar minimarket.

Memang, setiap menjelang malam akan ada pergantian jam karyawan.

Saat beberapa lama berjalan, ia sudah sampai di sebuah apartemen dan memasuki salah satu kamar di lantai kedua.

Saat sudah berada di dalam, dia berteriak sambil mengangkat tangan ke atas.

"Terima kasih, Tuhan! Aku bersyukur hidup di era ini, walaupun impian untuk memiliki seorang teman dan gadis hanyalah omong kosong. Tapi, bodoh amat!" teriak pemuda itu.

Setelah melakukannya dengan puas, tawa senang nan ceria terdengar begitu jelas dan tanpa banyak basa-basi ia melepas sepatu.

Membiarkan tergeletak, kemudian berlari menuju ke kamar yang berjarak beberapa meter.

Apartemen ini memiliki beberapa ruangan.

Berbentuk persegi sempurna dengan luas hanya 10 meter.

Kamar tidur di bagian paling ujung kanan seluas 2x2 meter, bagian kiri ada dapur seluas 1 meter saja yang entah apa isinya, disambung dengan kamar mandi seluas 2x1 meter di dekat dapur dan terakhir ruang tamu super luas.

Diisi oleh tv digital tanpa kabel, sofa panjang dengan meja bundar di depannya dan terakhir ada kulkas untuk pemuda sebatang kara itu hidup.

Dia melepas jubah serta pakaian secepat mungkin.

Lagi-lagi tergeletak begitu saja.

Hanya tersisa baju dalamana bersama celana pendek hijau yang hanya menutupi hingga bawah lutut.

Pemuda itu menuju kamar, mengambil beberapa buah buku acak dan satu buah bolpoin.

Dia meletakkan di meja kayu tanpa cat tersebut.

Karena ini adalah era teknologi canggih, jentikan jari terketuk satu kali.

TV menyala dengan sendiri, menampilkan sebuah berita olahraga dan lampu apartemen redup sesuai perintah.

"YAAA!! INI ADALAH WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENONTON BASEBALL!! YEEEEYYY!" teriaknya sekali lagi.

Sebelum duduk, ia mengambil beberapa bungkus snack dan botol putih polos berisi teh hijau yang diletakkan di meja.

Setelah melakukan hal itu, dengan cepat melemparkan diri ke sofa empuk.

"Hidup adalah cahaya. Heh! Ya sudahlah, yang penting mari kita nikmati!"

Tak terasa hari sudah pagi.

Pemuda tersebut bangun dari tidurnya, kemudian melihat jam dinding yang berada pada dekat tv yang masih menyala.

Melihat baik-baik sekarang sudah jam berapa.

Pemuda itu terdiam sejenak, lalu berteriak agak kesal serta kaget.

"WAH! AKU BISA TERLAMBAT! AKU HARUS CEPAT! S-Sudah jam 7! 30 menit lagi, sebelum jam masuk sekolah dimulai?!"

Dia sesegera menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur tersebut untuk mencuci muka.

Setelah melakukan semuanya, ia pun memakai pakaian serta jubah yang tergeletak serta sepatu dan tak lupa menjentikkan jari pada tangan kanan.

TV bersama lampu mati dengan sendiri dan terlihat suasana pagi hari cerah terpampan di balik jendela kaca apartemen.

"Oke! Mari berangkat!"

Pemuda tersebut bergegas pergi, sebelum benar-benar meninggalkan apartemen ia memeriksa beberapa barang bersama hal penting.

Barang seperti handphone, flashdisk dan terakhir kartu slip serbaguna warna putih polos yang berisi informasi dirinya.

Lalu, ia melihat ke pintu apartemen.

Mengingat-ingat setiap detil penting, kemudian senyum hangat muncul.

"Oke, aku pergi dahulu ya apartemen!"

Dia pun pergi ke arah tangga, menuruni dengan cepat dan berjalan agak buru-buru.

Sudah sekitar kurang lebih 5 menit berjalan, sampai juga di sebuah sekolah seperti sebuah universitas super luas.

Sekolah Tinggi Birth.

"Hahahaha. Baiklah, mari masuk kelas 10 A," ucapnya sesekali tersenyum.

Orang di sekeliling melihat pemuda itu dengan agak aneh serta penuh pertanyaan.

Memang pasalnya, pemuda tersebut dapat masuk kelas unggulan yakni kelas 10 A seolah hal yang mudah.

Tak mudah masuk ke kelas A.

Dibutuhkan beberapa aspek di ujian masuknya, namun wajar mungkin pemuda berwajah eropa penyendiri tersebut memiliki sebuah bakat entah apa.

Yang jelas, di sekolah ini.

Kelas menentukan derajat seseorang.

Ia sudah sampai di kelasnya.

"Sampai juga, aku," gumam pemuda itu sambil tersenyum.

Dia duduk di bagian paling belakang bagian tengah arah kiri.

Bangku duduk di kelas 10 A sekitar kurang lebih ada 16 orang. Jadi setiap baris terdapat 4 bangku.

Tanpa membawa semacam alat pena atau tas, sekolah ini sudah bisa dibilang disediakan oleh pemerintah Athena secara cuma-cuma bagi yang masuk entah kelas apapun itu.

Apalagi kelas A.

Pemuda tersebut kelihatan melihat kesana-kemari, beberapa murid terlihat saling berbincang, ada juga yang sedang mengerjakan tugas dan banyak lagi.

"Heh, ya sudahlah. Kalau aku tak punya seorang teman pun tidak apa-apa. Menyebalkan," katanya dalam hati merasa sedih.