Hari yang begitu sangat berat sekali untuk Aisyah menghadapi Ibu mertuanya yang selalu saja menyindirnya. Dia mulai menghapus air matanya perlahan-lahan. Dia merasakan begitu sangat sesak sekali di dada. Tatapan kedua matanya penuh dengan kesedihan yang mendalam.
"Apakah aku salah mendapatkan takdir seperti ini dari Tuhan? " Aisyah mengumam dalam hati kecilnya sambil mengingat tentang dokter yang telah memvonisnya bahwa kedua rahimnya tidak bisa diselamatkan. Tatapan kedua matanya terlihat begitu sangat pedih.
Aisyah berdiri di jendela kamarnya. Dia melihat ibu mertuanya dan Raina sedang berbincang di bawah. Dia bisa merasakan bahwa keluarga dari suaminya menginginkan dia agar segera memiliki keturunan. Tapi sayangnya sebuah takdir tidak akan pernah mengizinkannya. Dia juga tidak akan pernah rela sama sekali untuk menjadi yang kedua tapi di sisi lain dia tidak ingin menjadi perempuan yang sangat egois.
