Rebecca mulai membuka kedua kelopak matanya kembali saat itu juga. Teriakan-teriakan dari Tania itu menyadarkan dia bahwa dirinya bukanlah sosok perempuan yang pantas untuk Revan. Dia bisa merasakan bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. Namun dia harus bisa untuk menolak Revan dalam kehidupannya.
"Kamu kenapa sih selalu menghindar dari aku?" Tanya Revan menatap wajah Rebecca yang terlihat begitu sangat kesal sekali. "Aku tidak pernah menyakiti kamu Rebecca. Kenapa sikap kamu berubah secara drastis seperti ini? Padahal tadi baik-baik saja."
"Sudah aku bilang kalau aku tidak pernah berminat untuk menjadi temanmu atau menjadi teman dekatmu. Sudahlah pergilah dari hadapanku. Aku bisa naik kendaraan umum kok. Kamu nggak usah khawatir. Pergi sana. "Kata Rebecca sambil memalingkan pandangannya. Sementara Revan masih ada di depannya. Hal itu membuat dirinya sebenarnya tidak kuasa untuk menahan tamparan ucapan dari Tania ketika berada di sebuah pesta tadi.
