Dengan melangkahkan satu kakiku menuju ke arah portal, pedang terbang yang masih di depanku tidak melakukan pergerakan apapun. Disitu aku berfikir mungkin Maura masih ragu untuk menyerangku. Mungkin saja serangan yang barusan itu akibat gerakan tubuhnya yang tidak seimbang sehingga hampir mengenaiku.
Setelah mengetahui itu, saya sama sekali tidak ragu lagi dan mencoba melangkahkan kedua kakiku menuju ke arah depan.
"Apa yang kau lakukan? Aku mengancammu untuk tidak berfikir melewati pedang itu!"
Terus melangkahkan kakiku menuju arah portal, disitu aku tidak mendengarkan perkataan Maura sedikitpun. Melewati pedang itu, seperti yang sudah kuduga, dia masih ragu untuk menyerangku.
Setelah selesai melangkah, aku sampai di portal. Tepat di depanku adalah portal menuju ke bumi, duniaku yang seharusnya.
Dengan ini aku bisa kembali ke duniaku. Impianku selama 10,000 Tahun akhirnya akan tercapai. Sebelum itu aku harus mengatakan sesuatu.
Berbalik ke arah belakang, disitu Maura masih berdiri di tempatnya. Lalu lututnya terjatuh ke arah lantai, dengan perasaan sedihnya, lalu berkata.
"Kak Asgard... Apakah kau akan pergi meninggalkan Maura lagi?" ".... Tolong jangan pergi, tetaplah di sini bersama kami."
Benar, wajahnya yang mengungkapkan rasa sedihnya karena akan ditinggalkan oleh seseorang yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri, tidak bisa terbendung di dalam hatinya. Wajah sedihnya itu mengingatkanku akan kejadian di masalaluku.
Mungkin aku akan mencoba menghiburnya...
Tak tahan melihatnya bersedih, aku mencoba mengatakan sesuatu untuk menghiburnya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, aku hanya pergi sementara waktu dan akan kembali lagi kesini."
Mencoba mengucapkan kata-kata bohong untuk menghiburnya, diriku sebenarnya tidak ingin lagi kembali ke dunia ini.
Dengan wajahnya yang masih berderai air mata, Maura masih tak tahan melihat kepergianku. Disitu aku tak tega untuk melihatnya bersedih karena Maura sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Sebagai seorang kakak, bagiku adalah hal yang sangat tabu untuk membuat adikku menangis.
Tak tahan untuk melihatnya, diriku mencoba berfikir cara menanganinya, tak lama kemudian muncul ide cemerlang di otakku.
Dengan menggerakan tanganku menuju ke arah samping, sebuah penyimpanan hitam yang dapat memecahkan ruang berada di sampingku. Disitu aku meraih ruang penyimpananku. Mengambil sesuatu, itu adalah sepasang jepit rambut.
Ruang penyimpananku menghilang dengan sekejab dan mataku beralih ke arah benda yang berada di tanganku. Dengan berwarna putih, itu adalah warna kesukaan adikku. Jepit rambut ini adalah hal yang selama ini selalu bersamaku untuk selalu mengingat adikku. Sepuluh ribu tahun lamanya, aku samar-samar mengingat wajah Kirino. Dengan ini, aku akan meninggalkanmu disini jepit rambut. Datanglah kepada tuan barumu.
"Oh iya, aku akan memberikanmu ini..." Aku memperlihatkan jepit rambut itu yang berada di tanganku. "Satu untukku dan satunya lagi aku pinjamkan kepadamu. Saat waktunya tiba, aku akan menagih kembali jepit rambut itu bagaimana?"
"Benarkah?" Maura mengusap air matanya yang mengalir di wajahnya.
"Itu benar, aku akan kembali lagi ke sini dan mengambil kembali jepit rambut itu"
"Aku tidak berbohong, percayalah kepadaku."
"Ya, aku percaya kepadamu kak Asgard."
Setelah di pikir - pikir, jepit rambut ini adalah kenang - kenangan yang satu - satunya aku miliki. Jepit rambut ini adalah milik adikku, apakah aku tidak apa-apa untuk memberikan benda yang berharga ini kepada Maura? Dengan pikiran yang ragu itu, kembali kenyataan, membuang perasaan yang mengganjal dipikiranku lalu beralih ketopik saat ini. Saat ini Kirino berada di balik portal ini, bagaimana mungkin aku menyia - nyiakan kesempatan ini hanya karena sepasang jepit rambut.
"...Tapi, bukankah benda itu sangat berharga sekali bagimu kak Agard, apakah tidak apa - apa memberikannya kepadaku?"
"Tidak apa-apa, aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri, jadi aku akan menitipkan benda berharga ini kepadamu. Suatu saat aku akan mengambilnya kembali."
"Baik, serahkan kepadaku. Aku akan selalu merawatnya dengan baik. Aku berjanji."
Sebenarnya aku merasa kasihan kepada Maura, mencoba menipu dia. Padahal aku menganggapnya sebagai adikku sendiri. Tetapi kakak macam apa yang menipu adiknya hanya karena sebuah jepit rambut.
"Aku akan pergi, aku taruh jepit rambut itu di bawah sini."
Menaruh kebawah lantai satu dari sepasang jepit rambut itu, aku beralih pandanganku ke arah portal itu.
Dengan mengucapkan salam perpisahan 'Selamat tinggal kepada Maura' Aku memasuki ke dalam portal itu.
Menuju ke dunia yang seharusnya, mungkin saja aku akan bertemu lagi dengan ketiga saudari itu. Selamat tinggal dan jika ada kesempatan, aku ingin mengenalkan Maura kepada adikku.
Pesan yang terkandung dalam cerita ini adalah: Walaupun dirimu bermusuhan kepada temanmu sendiri, jika masih ada perasaan yang masih tersimpan di hatimu, maka permusuhan itu akan lenyap seiring berjalannya waktu. Cintai lah dia sebelum kau menyesalinya. Awoakwokaowkaowok. Canda.
Message: Halo semuanya, dengan ini Volume 1 PROLOG sudah selesai, tinggal update chapter 1 dan seterusnya. Oh iya, saya ingin memberitahukan kepada para pembaca, bahwa ada gangguan di chapter satu sampai selanjutnya. Mungkin akan ada keterlambatan update di chapter satu, dikarenakan sedang dalam perbaikan. Mungkin saja chapter satu akan update pada Minggu berikutnya. Salam hangat dari Author.