"Terima kasih untuk pujianmu, tapi menurutku kau terlalu banyak bicara pada pengantinku!" suara Ichigo terdengar tiba-tiba di ruangan kesehatan itu, "Jika kau sangat tidak sibuk, lebih baik kau urusi saja anggota klan-mu yang menarik banyak perhatian manusia di sekitar sekolah ini!" sambung Ichigo bernada mengejek.
Ken bangkit dari duduknya dan tanpa mengatakan apapun pada Cenora, ia menghampiri Ichigo.
"Kalau kau memang memiliki perasaan padanya selain perasaan hanya ingin melestarikan klan-mu lewat nyawa dan darahnya, maka kau salah. Siluman tidak jatuh cinta, ingat itu!" ucap Ken tegas di depan Ichigo.
"Apa aku perlu menjadi muridmu untuk mengerti hal seperti itu, huh? Dari usia hidup di antara kita, mungkin saja kau yang lebih unggul. Tapi tentang seperti apa peraturan bagi para siluman, akulah yang lebih tahu segalanya," Ichigo menjawab dengan senyum mengejek, "Tutup saja mulutmu dan pergi menjauh dari pengantinku!" sambungnya setengah mengancam.
Ken pergi dengan tatapan tidak suka pada Ichigo.
"Kenapa kau ke sini?" tanya Cenora yang berhasil mengalihkan perhatian Ichigo dari sosok Ken yang baru saja pergi.
"Tentu saja melihat muridku yang terluka, untuk apa lagi, huh?" jawab Ichigo santai. Ichigo duduk di tempat yang diduduki Ken tadi. Ia melirik susunan plaster yang menempel di lutut Cenora, "Apa lukamu ini hanya di lutut saja? Apa kau yakin tidak ada di bagian tubuh yang lain?" sambung Ichigo sambil tersenyum licik.
Cenora yang kesal langsung melemparkan bantal di sampingnya pada wajah Ichigo, tapi Ichigo mengelak dari serangan kesal Cenora.
"Kenapa kau begitu mesum dan menjengkelkan?!" ucap Cenora setengah berteriak. Ia sangat kesal saat ini.
"Aku hanya bertanya. Jika memang ada luka di bagian tubuhmu yang lain, aku akan menyembuhkannya saat ini juga. Bagian mana dari ucapanku yang menurutmu mesum, huh?" Ichigo memprotes dengan wajah yang merasa dianiaya.
'Ya Tuhan… aku sangat kesal padanya, tapi kenapa dia menunjukkan wajah yang seperti itu sekarang? Bagaimana aku akan marah padanya jika wajahnya begitu tampan meski terlihat konyol?' gumam Cenora dalam hatinya. Bibirnya tersenyum tanpa membalas ucapan dan wajah Ichigo yang konyol.
"Apa yang kau pikirkan sampai kau tersenyum seperti itu? Wajahmu sudah semerah tomat, kau tahu?" ucap Ichigo lagi hingga membuat Cenora seketika menutup wajahnya yang malu.
Tapi sedetik kemudian, Cenora langsung terkesiap saat tangan Ichigo terasa meraba kakinya dengan lembut. Tanpa bisa menolak perlakuan Ichigo yang mengejutkan itu, Cenora hanya bisa menutup matanya, merasakan jilatan lidah Ichigo yang dingin di kulitnya yang terluka.
"Kau tidak boleh melakukan ini. Kau itu guru di sini," Cenora mencoba mengingatkan Ichigo yang tampak tidak peduli pada situasi di mana mereka berada.
Meskipun Cenora sudah berulang kali menarik lututnya, Ichigo terlihat tak acuh dan malah beralih menarik tangan Cenora dan menjilati setiap inci kulit Cenora yang terluka.
"Aku memang guru di sini, tapi semua ini hanya penyamaran, bukan? Aku di sini untukmu, untuk menjagamu. Tapi aku terlalu lalai dan kurang tegas padamu hingga kau terus terluka akibat para hantu dan siluman kecil yang tidak ada artinya itu!" jawab Ichigo yang sesaat menghentikan jilatan di tubuh Cenora.
Cenora tertegun. Jawaban pemimpin siluman di hadapannya itu membuat hatinya luluh.
'Apa semua ini kau lakukan untuk menjagaku? Apa aku memang harus percaya jika kau mencintaiku dan bukan karena menginginkan nyawaku saja untuk klan-mu? Kau membuatku bingung, Ichigo,' gumam Cenora sembari memandang Ichigo yang terus mengecup dan menjilati kulitnya.
'Mustahil! Bagaimana mungkin dia dapat menahan rasa darahmu? Bagaimana mungkin dia dapat menekan hasrat keperkasaan silumannya padamu di saat musim kawin seperti ini? Hybrid itu pasti sangat bersabar padamu!'
Ucapan Ken sebelumnya kembali terlintas di benak Cenora.
"Hmm, bolehkah aku bertanya padamu tentang satu hal?" Cenora memberanikan dirinya bertanya tentang pikiran yang membuatnya bingung.
"Katakan saja," Ichigo menjawab sembari mengusap sisa air liurnya di siku Cenora.
"Apakah darahku terasa nikmat? Jika ya, kenapa tidak sejak awal kau membunuhku dan mengapa terus membiarkanku hidup seperti ini?" pertanyaan Cenora membuat wajah Ichigo berangsur dingin.
"Apa pertanyaan seperti ini harus kau tanyakan lagi padaku?" Ichigo bertanya balik dengan nada geram, "Apakah aku selalu menjadi siluman brengsek dan terkutuk di matamu? Jika ya, baiklah. Akan kutunjukkan padamu sisi silumanku sekarang!" sambung Ichigo dan langsung mendorong tubuh Cenora menjadi terlentang di ranjang pasien yang diduduki Cenora sejak tadi.
Wajah Ichigo terlihat marah dengan tatapan mata emas seperti seekor harimau yang ingin melahap mangsanya. Aura di sekitar Cenora langsung terasa dingin dan menyekik.
Apa yang akan dilakukan Ichigo pada Cenora?
Ichigo langsung mencium bibir Cenora dengan liar. Dia sudah seperti harimau lapar yang terus menggigit mangsanya tanpa ingin melepaskan. Tentu saja bukan gigitan untuk mencabik daging Cenora, melainkan gigitan nafsu bercinta yang sudah di ujung kesabaran yang dimilikinya.
"Tidak! Jangan!" Cenora melakukan perlawanan yang tidak berarti bagi Ichigo, "Jangan melakukan ini, kumohon!" sambungnya memohon. Tapi sang siluman terlihat sudah tidak bisa menahan hasrat ingin bercinta yang sudah sejak lama dipendamnya.
Rasa kecewa dan marah mendorong Ichigo untuk melakukan hal yang membuat Cenora menangis.
Klik!
Satu petikan jari Ichigo langsung membuat perisai transparan yang kedap udara, sehingga suara Cenora tidak dapat terdengar manusia manapun. Sekaligus membuat borgol tidak terlihat yang mengikat pergelangan tangan Cenora dengan paksa.
"Kau selalu meragukan perasaanku dan terus menganggapku siluman yang kejam. Kau terus mengabaikan ucapanku yang tulus padamu, kan? Baiklah. Akan kutunjukkan sisi silumanku padamu!" ucap Ichigo dengan seringai liciknya.
Ichigo terus menciumi tubuh Cenora yang tidak berdaya. Dengan perlakuan yang kasar, Ichigo menarik pakaian Cenora dan merobeknya, hingga sepasang gumpalan kenyal nan indah milik Cenora terpampang jelas di pandangan sang Hybrid yang marah.
Tanpa mendengarkan teriakan Cenora yang memohon padanya, Ichigo terus membanjiri tubuh putih nan mulus Cenora dengan jilatan dan kecupan liar yang syarat dengan syahwat.
"Kumohon… jangan lakukan ini padaku… Kasihanilah aku… huhuhu!"
Cenora menangis pasrah saat tubuhnya sudah sangat kesakitan dan tidak berdaya melawan kekuatan sang pemimpin siluman padanya.
"Bukankah kau akan melindungiku selamanya? Tapi kenapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku?" Cenora kembali menangis lirih dengan matanya yang terpejam saat merasakan kecupan liar Ichigo yang mulai menjilati putingnya.
Tapi…
Mendengar tangisan lirih pengantinnya itu, Ichigo menghentikan gerakan penuh nafsu itu pada Cenora.
Ichigo mengangkat wajahnya untuk memandang Cenora yang tidak berdaya. Hatinya ikut sakit saat melihat wanita yang disayanginya itu sedih dan menderita karenanya. Tapi ia bisa apa, saat Cenora sendiri terus mempertanyakan ketulusan cintanya dan terus mengangap dirinya adalah siluman yang sama, yang hanya menginginkan darah dan tubuh Cenora.
Ichigo berbalik badan tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Cenora. Perisai kedap suara buatannya perlahan menghilang bersamaan dengan pakaian Cenora yang kembali menyatu seakan tidak pernah dirobek. Pakaian Cenora terlihat utuh dengan ajaib.
Meski begitu, bukan pakaian miliknya yang Cenora pikirkan saat ini, melainkan sikap Ichigo yang menakutkan dan pergi tanpa kata darinya.