Chapter 39 - Menuju Kebebasan

"Ah... i-ini suda-h.. saaatnya... M-master.. me-meski sebe-nta..r.. itu.. menyenang..khan..." Tubuh gadis itu mulai menghilang bak Slime yang dibunuh, "CLISTE!!"

'Ini semua.. takkan terjadi.. jika aku tak membawanya kedalam Dungeon ini..'

***

'Aku merasakan kekuatan yang sangat Dahsyat di tempat ini.' Aileen mulai waspada, "Dia akan segera datang, semuanya, berwaspadalah!" Sylph, terbang lebih tinggi, memberikan mereka lapisan sihir, "Ai adalah majikan baruku, ini adalah sumpahku, aku akan setia padanya!" Sylph menggigit kulit di ibu jarinya sampai mengeluarkan setetes darah, "Ini adalah sumpahku."

Mereka semua merasakan sesuatu yang amat kuat, udara semakin panas, seolah-olah api membakar tempat ini, "Bersiaplah, Sang Singa Api akan segera datang." Sylph menatap serius gerbang sihir yang ada di hadapan mereka berlima. Seekor singa berukuran raksasa keluar dari gerbang sihir itu, api membakar rambut di sekujur tubuhnya. "Ini gawat.." Aileen menatap Singa raksasa itu, "Tak ada pilihan lain, kita harus menghadapinya, kita takkan bisa kabur." Sylph menatap pintu gerbang yang sudah kembali tersegel, namun bukan dengan kekuatannya melainkan dengan sihir api yang dimiliki oleh Singa Api itu.

"Ai, ini adalah kali pertamanya kita bertarung bersama, semuanya! Ayo serang dia!" Sepertinya yang paling bersemangat di tempat ini hanyalah Sylph, berbeda dengan yang lainnya, mereka menatap serius singa itu dengan keringat yang terus bercucuran dari tubuh mereka. "Kita mulai, Sylph." Aleen menampar wajahnya sendiri, 'Aku tak tau, apakah aku bisa mengalahkan monster sebesar dan sekuat ini, namun, di sisiku sudah ada Sylph, aku pasti bisa menghadapinya.'

Ia mencabut kedua pedangnya, menggunakan kuda-kudanya yang khas. "Papa, Flava akan membantu."

"Flava, Cliste, kalian berdua serang singa itu dengan menggunakan sihir, Lyve, kamu bisa mengendalikan seluruh elemental, gunakan sihir air untuk menurunkan suhunya, dan berikan sihir perlindungan untuk meredam damage dari monster itu." Aileen mulai serius, "Baik, Water elemental Skill : Cooling Water!" Tubuh mereka diselimuti mana berwarna biru muda, suhu mulai menurun.

"Sylph, kita mulai, pertama, Gunakan sihir anginmu seperti tadi, buatlah drill!"

"Dimengerti, Ai!" Dengan mudah Sylph menciptakan sebuah Drill rakasasa dari angin, tak sampai di sana, Aileen menambahkan elemental petir kedalam angin itu, "Sekarang!"

Drill itu melesat dengan cepat menuju Singa Api, 'Dengan begini, Pasti!-' Aileen terkejut melihat apa yang ia lihat, sihir angin itu langsung lenyap, "Apa maksudnya.." "Sudah ku duga, ini adalah bagian dari ujian, Ai, aku minta maaf sekali, aku tak bisa berguna di sini." Sylph terbang mendekati bahu Aileen, "monster itu diciptakan untuk mengujimu sebagai pemilik baru dari Roh angin, karena itu, aku takkan bisa menyerang makhluk itu." Jelas Sylph, "Apa-apaan itu.."

"Sebaliknya, kamu harus melindungiku, monster itu hanya akan mengincarku." Sylph menatap serius ke depan, "Dia menyerang."

"Cih, Lightning Elemental Skill : Lightning Shield!" Dengan cepat ia menangkap Sylph dan berpindah tempat menggunakan skill petirnya, yang memungkinkan ia bergerak secepat kilat. "Sylph, jika memang seperti ini, tetap dibelakangku." Aileen menatap serius singa itu, 'Yang benar saja, dia sama sekali tak terluka meskipun diberondong sihir.'

"Kalian terlalu lemah, manusia." Singa itu melesat dengan cepat ke belakang Aileen, 'Dia terlalu cepat! yang benar saja!'

Singa itu sudah mengayunkan cakar besarnya, incarannya adalah Sylph, namun dengan cepat Aileen kembali mencengkram tubuh Sylph dan melemparkannya ke sembarang tempat, 'Pada akhirnya aku malah mengorbankan diriku sendiri, yang benar saja.' batinnya lagi.

"Master!!"

***

Aileen membuka matanya, 'Aku masih hidup?'

Ia menatap ke samping, sebuah pemandangan yang sama sekali tak mau ia lihat, penyesalan seumur hidup sudah berada dihadapannya. "C-cliste.." Tubuh Cliste terluka parah, cairan merah keluar dari dadanya karena cakaran dari cakar tajam sang Singa Api, Namun ia masih saja tersenyum.

"Ah... i-ini suda-h.. saaatnya... M-master.. me-meski sebe-nta..r.. itu.. menyenang..khan..." Tubuh gadis itu mulai menghilang bak Slime yang dibunuh, "CLISTE!!"

'Ini semua.. takkan terjadi.. jika aku tak membawanya kedalam Dungeon ini..'

Cliste.. sudah tiada, ia dengan mudahnya terbunuh, hanya menyisakan sebuah Liontin yang Cliste simpan di kalungnya, "Kau..." Aileen berdiri dengan mengepal liontin milik Cliste, "berani sekali.. merebut keluargaku.."

"Aileen.."

"Papa.."

"Ai.."

Aileen melemparkan pedang Assassinnya ke sembarang arah, melemparkan jubah hitamnya, hanya menyisakan kaus berwarna putih. 'Padahal Cliste sudah membulatkan niat untuk mendapatkan hadiah dari tempat ini, tapi makhluk sialan itu..'

Meskipun sebenarnya Aileen tau, kalau monster yang mati pasti akan kembali terlahir dengan spesies yang sama, di tempat kelahiran yang sama, itu berarti, Cliste kembali ke wujud Slimenya, ia harus mengulang dari 0%. 'Aku akan membalaskan dendamu, Cliste, tenang saja.'

Aileen berjalan, sebuah pelindung tercipta dari sihirnya sendiri, "Elemental Skill : Pedang dewa petir!" Aileen menciptakan sebuah pedang raya, dengan tenang ia berjalan, 'Sebenarnya aku tak mau memperlihatkan ini di depan mereka, namun hanya ini yang membuatku tenang.'

Ia mengambil sesuatu dari Inventory nya, ah, sebatang rokok. "PAPA PEROKOK?!"

"Awas saja, Aileen."

Aileen hanya menghembuskan nafas pelan seraya menyalakan api dari ujung jarinya. "Baiklah aku mulai, Thunder Elemental Skill : Slash of the god of lightning, THE THUNDER'S RUN!"

Aileen memutarkan pedangnya di depan tubuhnya, mengangkatnya setinggi mungkin, dan langsung menebas dari jarak jauh. "K-keparat!"

"Berakhir sudah, Monster!!" Aileen melampiaskan rasa kesalnya pada monster itu dengan terus memperkuat serangannya, sampai pada akhirnya, monster tadi hilang tanpa jejak. Menyisakan Aileen yang berdiri, ia membuang rokok yang sebelumnya tersimpan di bibirnya. "hah.." Senyuman kecil terlihat di bibirnya. "Cliste, sekarang apa." ia melihat liontin yang berada di tangannya. "Ai.."

"EHM! sekarang jelaskan padaku, kenapa BENDA itu bisa ada di Magic Bag mu, A-I-L-E-E-N-?!" Tatapan Lyvemon terlihat mengerikan, "A-ah yang jelas, kita harus segera keluar dari tempat ini, bawa potionnya."

Sudah jelas kalau Aileen mengubah alur pembicaraan.

Singkat cerita, akhirnya mereka sampai di luar dungeon, seekor Slime terlihat berdiam diri di depan pintu, melompat mendekati mereka, seolah-olah ia menyambut. "Cliste.. maaf.."

Slime itu melompat, menyusun bebatuan kecil menjadi rangkaian huruf, "Selamat, master, Cliste akan selalu di sini menunggu Master dan yang lainnya seraya memulihkan diri!" Itulah yang ditulis Cliste menggunakan bebatuan.

'Master, sebenarnya cliste ingin ikut, namun demi memulihkan diri, Cliste harus ada di sini.' batin Cliste yang berada dalam wujud Slime nya. "Ah, ini, ambilah."

Potion yang diinginkan Cliste, dengan cepat Cliste menelannya, namun tak ada efek apapun, "Sylph, bisa kau jelaskan?"

"Lama sekali ya.. terakhir aku melihat dunia luar itu 500 tahun yang lalu.. Ah, efek dari potion itu akan terjadi sekitar 2 bulan lagi, kamu harus bersabar menunggu!" Jelas Sylph, hembusan angin meniup rambut pirangnya, sayap kecilnya terlihat bercahaya dengan senyuman percaya dirinya.

BERSAMBUNG