"Membuat sandiwara? Maksud Aileen?" Lyvemon menyentuh dagu kecilnya karena ia tak paham dengan apa yang dikatakan Aileen, "Benar, kita akan meminta seluruh warga untuk bersandiwara, ketika mereka dalam keadaan terpojok, mereka akan memberikan alarm pada kita, sehingga dengan begitu si pencuri itu bisa kita tangkap."
"Bukannya cara itu terlalu sederhana, Aileen?" Latifa meragukan pemikiran Aileen, "Tenang saja, kunci kesuksesan bukanlah dari tingkat kerumitan rencana, namun kematangan rencana, sebelum malam tiba, aku akan meminta unit penjaga untuk menjaga setiap penjuru kota ini, dengan begitu, pencuri itu takkan bisa kabur." Ujarnya lagi, "Meskipun meragukan, tapi ide ini patut dicoba." Lyvemon angkat suara, "Baiklah, aku akan mengandalkan ide mu itu, Aileen."
"Baik, sekarang kita hanya perlu menyiapkan rencananya, pertama-tama, Latifa, tolong kerahkan pasukan untuk berjaga di setiap penjuru kota, aku tak yakin kalau penjahat itu berasal dari luar kota, jadi lebih baik kita tak perlu menjelaskan detailnya pada warga kota." Jelas Aileen, "Jadi kamu mencurigai warga kota ini?'
"Meskipun kurang nyaman didengar, tapi itu adalah kenyataannya, meskipun dari tampangnya adalah orang baik, namun kita tak tau apa isi hati orang lain, bahkan aku sama sekali tak tau apa yang saat ini sedang dipikirkan putriku." Ujarnya, Aileen berbicara seraya menatap Flava yang tengah menikmati biskuit dengan lahap itu. "Ada benarnya, baiklah, sementara aku mengerahkan pasukan, kuharap kalian bisa mengurus rencana lainnya."
Latifa langsung berjalan keluar dari ruangan itu. Namun ada sebuah pertanyaan di benak Lyvemon, "Bagaimana caranya mereka memberikan Alarm pada kita jika kita tak memberitahu detailnya pada mereka?" Tanya Lyvemon yang masih saja bingung dengan rencana Aileen. "Hehe, aku punya sebuah ide." Aileen tak langsung memberitahu ide tersebut pada Lyvemon, sebaliknya, Aileen memintanya untuk mengumpulkan seluruh warga untuk berkumpul di Alun-alun kota.
'Dengan menyalurkan mana milikku pada tubuh mereka, maka respon dari tubuh mereka akan dapat kurasakan, dengan begitu aku akan lebih mudah untuk mengetahui dimana dan siapa pelakunya.' batin Aileen.
***
"Terimakasih karena sudah mau datang ke tempat ini, teman-teman." Aileen berdiri di atas sebuah kotak besar, "Alasanku mengumpulkan kalian di tempat ini adalah untuk memberikan sihir pelindung, sehingga ketika penjahat itu datang dan mencoba menyakiti kalian semua, sihir itu akan bereaksi." Jelasnya, "Lyve, tolong ya."
"Baik, Aileen, nah semuanya, kita langsung saja menerapkan sihir ini, tentu saja ini adalah sihir yang aman dan tak memiliki efek samping apapun." Lyvemon maju 1 langkah, 'Aileen memintaku untuk menglirkan mana suciku pada tubuh mereka, sedikit saja, dengan begitu, aku bisa merasakan respon tubuh mereka, tentu saja jika sudah selesai aku akan mengambil kembali mana suci itu, karena tubuh manusia takkan mampu bertahan lama dengan mana milik seorang dewi." batin Lyvemon.
Ia meminta semua orang untuk saling berjabat tangan sehingga sihirnya bisa mengalir, karena Lyvemon tak mau menyentuh orang lain dengan asal, pada akhirnya ia menjadikan Aileen sebagai perantara, 'Meskipun aku tau ini adalah sikap yang angkuh, namun.. aku tak mau, baiklah, kumulai, Sihir : Sacred Mana Energy Transfer.'
Supaya dapat menghindari rasa curiga dari orang lain, Lyvemon merapalkan sihirnya di dalam hati, telapak tangannya mengeluarkan cahaya emas, "Wah, jadi ini energi pelindung itu, aku sudah pernah mendengarnya, tapi aku baru merasakan sensasinya! Rasanya, kekuatan suci sudah mengalir di tubuhku!" kagum seorang warga. Lyvemon hanya tersenyum, bisa-bisanya orang itu dibodohi dengan kedok sihir perlindungan.
"Baiklah teman-teman, dengan begini kalian takkan mudah diganggu oleh penjahat itu, namun jika orang itu datang kehadapan kalian, maka dia akan mati atau ditangkap dengan mudah!" Aileen berkata seolah-olah semuanya sudah berjalan sesuai keinginannya. "Apa papa yakin dengan misi ini?" Tanya Flava ketika Aileen turun dari atas kotak itu, "Misi ini kuyakini akan menyelesaikan masalah di kota ini." Aileen duduk di samping Flava dan menerima sepotong roti yang diberikan Flava padanya, "Semoga saja ya."
****
"*****, aku benar-benar minta maaf karena sudah mengingkari janji kita waktu kita masih kecil."
Gadis bersurai Pirang itu menunduk dan menangis perlahan, "Tak apa, *****, mau bagaimanapun itu adalah janji yang sudah lama sekali, bahkan.. bahkan aku juga melupakannya."
Meskipun aku berpura-pura tersenyum seperti itu, namun tetap saja, ini benar-benar menyedihkan. ketika musim panas nanti, aku berniat untuk menjemputnya di Kyoto, namun ternyata ia sudah berada dihadapanku, berada di kampus yang sama denganku.
Meski begitu, aku pergi dari hadapannya, aku muak dengan janji palsu itu. Sampai pada akhirnya, aku menyesal karena tak pernah menemuinya lagi, karena tak lama dari kejadian itu, gadis itu tewas di rumahnya karena ia memutuskan hubungannya dengan kekasihnya dan hendak menepati janjinya. Hidupku dipenuhi penyesalan, aku sudah tak berniat hidup lagi.
Namun ketika aku sudah berada di Terra, dunia yang penuh dengan sihir ini, rasanya aku kembali bertemu dengannya. Flava, putri angkatku sangat mirip dengannya waktu ia masih kecil, bulu mata yang lentik, alis pirang tipis dan poni yang menutupi dahi kecilnya, dan rambut pirangnya. Setidaknya meskipun aku tak bisa menikahinya, aku akan menjaga Flava sebagai putri angkatku, aku akan menyayanginya dan takkan meninggalkannya.
***
"Aileen, bangunlah!" Aileen membuka matanya, "Aku merasakan respon dari energiku, dari arah sana." Lyvemon langsung berlari sebelum semuanya terlambat, "T-tunggu!"
'Aku bermimpi tentang gadis itu lagi, namun dia siapa?' batin Aileen ketika ia berlari menyusul Lyvemon. Ditempat itu sudah ada Flava yang tengah beradu kekuatan dengan sosok Elf berkulit pucat namun mengeluarkan aura gelap yang mengerikan, sepertinya dia adalah orang itu. "Lyve, segera siapkan sihir pendukung, Flava, bersiap untuk bertukar posisi." Aileen melihat Flava yang mulai kewalahan dengan tenaga Elf yang lebih besar darinya.
"Exchange!" Aileen dan Flava menggunakan skill assassin yang memungkinkan mereka untuk bertukar tempat, namun ketika Flava hendak melompat, Elf itu berhasil melukai lengan kanan Flava sehingga membuat keseimbangannya goyah. "Skill : Throwing Knife!"
"Bukannya tidak baik jika kamu masuk kedalam pesta dansa?" Elf itu menatapi Aileen dengan tatapan kesal, "Jangan melukainya." Ancam Aileen, "Maksudmu jangan melakukan ini?!"
TRANG!
Aileen bergerak dengan cepat sehingga cakar dari Elf itu tak berhasil mengenai tubuh Flava, "Singkirkan jari sialanmu dari puriku."
"Boleh juga kekuatanmu itu, tapi kau lengah!"
BRak!
kaki dari Elf itu diayunkan sehingga mengenai kepala Aileen, "Ghah!" kejutnya, ia terlempar cukup jauh dari tempat sebelumnya, namun beruntungnya Lyvemon sudah berhasil membawa Flava menjauh dari tempat berbahaya itu. "Haha! Sebuah kehormatan bagiku bisa bertemu dengan orang kuat nan bodoh seperti kalian, karena itu, izinkan aku memperkenalkan diriku!"
Elf itu meelmparkan topeng setengah wajah nya beserta membuka tudung hitamnya. Rambut hitam kusam dengan kulit putih pucat, "Namaku Raven, sang pencabik, semoga kalian mengingat namaku, DI NERAKA!"
Bersambung