'Aku membenci perbudakan, aku dipanggil ke dunia ini bukan hanya untuk menghabisi raja Iblis, namun aku juga memiliki misi ku sendiri, misi yang kubuat sendiri." Aileen berjalan mendekati seorang budak dengan ras Demi Human dan memberikannya makanan karena ia terlihat kelaparan, 'Aku akan menghapuskan perbudakan, dan menegakan keadilan, memprioritaskan Hak Asasi.' Ia tersenyum pada gadis Demi Human dengan telinga rubah itu.
"Makanlah." ujarnya. Budak yang masih berusia muda itu makan dengan lahap, ketika ia hendak berterimakasih, tiba-tiba seorang wanita yang mana dia adalah Latifa datang mendekati mereka berdua, menegur Aileen yang malah mengasihani budak. "Dia juga makhluk hidup, dia bekerja keras untukmu meskipun dipaksa, setidaknya hargai pekerjaannya dengan mengasihaninya dan memberinya makan, karena jika ia tak ada, kalian takkan memiliki bangunan sedikitpun." Aileen balik menegur Latifa. Yang dikatakan oleh Aileen benar, meskipun di dunia ini tak melarang perbudakan, namun setidaknya jangan anggap budak itu sebagai barang sekali pakai yang bisa dibuang begitu saja, mereka juga memiliki perasaan.
Suasananya sedikit tegang, Aileen saling bertatapan dengan Latifa. "A-anu.. T-tuan pahlawan.." Gadis itu menarik pelan pakaian Aileen, "Jangan panggil aku pahlawan, gadis kecil, namaku Aileen." Ujarnya dengan ramah, "T-tuan Aileen, anda tidak perlu seperti ini, sudah nasib saya sebagai budak menerima keadaannya."
"Wah, kamu masih kecil sudah sopan ya, tapi, aku tak mau melihat perbudakan di dunia ini, aku membencinya." Aileen masih bersikeras, meskipun tujuannya adalah kemustahilan, namun jika ia berhasil mengalahkan Raja Iblis dan ia dipanggil sebagai pahlawan, ia akan membujuk seluruh manusia untuk bersikap adil. "Kau benar, Aileen, aku baru sadar kalau tak memberi makan adalah hal yang terburuk, aku tak memikirkan sampai ke sana." Latifa berjalan mendekati budak itu, "Myne, setelah ini tolong kumpulkan teman-teman mu di kantorku, oke?"
'Untungnya Latifa memiliki kecerdasan tinggi, ia bisa mengerti suatu hal tanpa dijelaskan terlebih dahulu.' Aileen tersenyum, "Kalau begitu, Myne, sampai jumpa ya!" Ia melambaikan tangannya dan berjalan meninggalkan mereka berdua, namun ia tak langsung pergi, melainkan melompat ke atas bangunan untuk memastikan lagi kalau ucapan Latifa bukanlah sebatas sandiwara belaka. "Myne, aku minta maaf karena selalu terlalu memaksamu, mulai hari ini aku akan bersikap baik pada kalian semua." Latifa membungkukan kepalanya.
"N-nona Latifa tak perlu seperti i-ini.. Sa-saya hanya menjalankan t-tugas.."
"Nah, setelah kamu menyelesaikan pekerjaan ini, beristirahatlah dan panggil teman-temanmu ke kantorku, oke?" Latifa kembali mengatakan hal yang sama, ia kemudian berjalan, dalam hati ia berkata, 'Apa yang dikatakan Aileen sangatlah benar, jika saja aku ada dalam posisi mereka, aku akan sama menderitanya.'
Meskipun hukum di dunia ini adalah yang kuat berkuasa dan yang lemah dimangsa, namun itu ada batasannya. Yang kuat tak bisa semena-mena, bukannya seharusnya yang kuat melindungi yang lemah?
Kembali pada cerita.
Sepertinya Aileen mulai bersiap untuk melakukan penyelamatan para tahanan yang ditahan oleh Raven dan rekan-rekannya. Menurut pengakuan Raven, mereka berada di sebuah gua sebelah barat kota, sepertinya gua itu adalah Dungeon. Karenanya Aileen bertanya pada Raven, apakah di dalam gua itu bisa menggunakan sihir atau tidak. Beruntungnya sihir di tempat itu tidak dilarang sedikitpun. "Lyve, Flava, dengar, lokasi selanjutnya adalah sebuah gua yang memiliki panjang lebih dari 2Km, ada kemungkinan kita akan bertemu monster kuat di tempat itu, namun sekuat apapun mereka, usahakan jangan terlalu berlebihan dalam menggunakan kekuatan, jika tidak ingin terkubur hidup-hidup di sana.' Aileen memberikan sebuah peta pada Flava dan Lyve.
"Kita tak diberitahu dimana letak pasti dari para tahanan itu, namun yang pasti, mereka ada di salah satu dari 4 titik ini." Aileen melingkari 4 titik merah yang berada di zona yang cocok untuk tahanan. "Baik, papa." Flava berdiri mempersiapkan persediaan yang harus ia ambil. "Seperti Dungeon pada umumnya, di akhir nanti, kita akan bertemu dengan boss Monster, sampai saat itu, simpan kekuatan kalian."
"Satu lagi. masuklah." Sebuah pintu terbuka, "Latifa akan ikut dalam misi kita, totalnya ada 4 orang, masing masing dari kita akan berpencar ke 4 titik ini, Flava, kamu pergi ke titik paling dekat, Lyve, kamu pergi ke titik dengan ruangan luas ini, Latifa, kamu pergi ke titik ini dan aku akan pergi ke titik akhir."
"Dengan begini, Flava masuk ke titik A, Lyve titik B, Latifa titik C dan aku titik D, mengerti?" Aileen sudah mulai merasa lelah karena banyak berbicara. "Ada yang ditanyakan?" Semuanya terdiam menandakan kalau mereka sudah mengerti. "Jika kalian menemukan tahanan, segera kembali ke permukaan, namun jika tidak, telusuri titik lain yang tak ku tandai." Jelasnya.
Tak berlangsung lama, kini mereka sudah berada di depan gerbang kota Ferrum, jaraknya hanya setengah hari berjalan kaki, tak jauh. Karenanya sekarang mereka langsung berangkat menuju Dungeon yang dimaksud. Namun baru saja mereka keluar dari Safe Point, mereka sudah disambut dengan Orc yang memiliki perawakan mengerikan. 'Sial, di party ini kebanyakan gadis, jika mereka kalah, mereka akan dijadikan wadah berkembang biak.' Aileen mencegah Latifa untuk maju, ia tak mau mengambil Resiko. "Biar aku saja." Ujarnya.
Aileen menerjang Orc itu. Ketika ia mendarat di tanah berlumpur, Orc besar itu langsung mengayunkan tinju nya, dengan cepat Aileen langsung memotong tangan dari orc itu. 'Aku sudah mengerti teknis dari dunia ini, syarat utama bertarung bukanlah kualitas dari senjata, namun level, jika levelku sudah berada jauh diatas monster, maka meskipun hanya menggunakan tinju, aku bisa mengalahkan monster itu dengan mudah, saat ini levelku 40 dan level Orc yang kuhadapi ini 39.' Aileen bisa melihat level orang lain dan lawan karena berkat kekuatan yang diberikan padanya.
Semua yang ia lihat seperti layar dalam game, ada HP bar, ada MP bar dan ada Level. "Gladium tuum trahe et adversarium tuum uri, Holy Magic Sword!" Ketika Aileen hendak menyerang lawan, Lyve dengan sigap langsung melemparkan pedang sihir yang menusuk kepala dari monster Orc tadi. Tentu saja karena otak Orc itu terluka fatal, maka dia mati.
~Buku Harian Aileen~
Game MMORPG. Game dimana game itu bisa dimainkan selamanya tanpa kenal tamat. Sepertinya dunia ini memiliki konsep sama seperti MMORPG, karena yang levelnya lebih tinggi akan bisa membunuh lawan yang levelnya lebih rendah.
Saat ini, Levelku sudah mencapai 40 berkat membasmi para Hound sebelum datang ke kota Ferrum, jika level monster lebih tinggi dari kita, maka poin pengalaman yang diterima akan lebih tinggi sehingga level akan lebih mudah naik.
Bersambung